Banner

Thursday, June 08, 2017

Wali Paidi (Eps.6)

Wali Paidi menyusuri jalan, pergi tanpa arah dan tujuan, dia hanya berjalan dan berjalan, lupa akan makan dan minum, wali Paidi pingin menghindari orang2 yang mulai tahu kedudukannya, mulai banyak orang sekarang yang memanggilnya gus, memanggilnya kiai bahkan ada yang terang2an menggangilnya sang wali.

Kehidupan wali Paidi sekarang tampak ramai, ada saja orang yang memerlukan bantuannya, soal jodoh, soal penglaris dan ada juga yang hanya minta barokah do'a dan yang paling berat ada yang minta diakui murid. Wali Paidi merasa terusik, dia kepingin merasakan kehidupannya yang dulu, orang2 hanya mengenalnya sebagai penjual minyak wangi, dengan pengajar alif2an di musholla kecilnya.

Dan sekarang banyak orang yang berlomba2 pingin membangun mushollanya, Wali Paidi pingin menghindari itu semua, dia jengah akan semua pujian yang dialamatkan pada dirinya, lebih2 akan datangnya malaikat yang mengunjunginya baru2 ini.

Wali Paidi mulai memasuki hutan belantara, dia berjalan terus dan berhenti ketika dia melihat didepannya ada sungai, Dia mendekati bibir sungai, dilihatnya airnya begitu jernih, dia menunduk dan mulai membasuh tangan dan mukanya, lalu wali Paidi memperbarui wudlunya, karena wali Paidi ini diberi kemampuan oleh Allah untuk selalu dalam keadan suci (punya wudlu) atau bahasa ngaji sak paran-parannya "da'imul wudlu"

Setelah wudlu wali Paidi baru sadar kalau ada orang yang agak jauh disampingnya, orang itu sedang memancing. Wali Paidi mendekati orang itu, dia merasa orang itu bukan orang sembarangan, melihat wajah orang tersebut tiba2 saja hati wali Paidi semakin tentram, Wali Paidi mau mengucapkan salam tapi kedahuluan orang tersebut.

"Assalamu'alaikum kang Paidi " ucap orang itu.

"Wa'alaikum salam, kalau boleh tahu siapakan anda?" tanya wali Paidi keheranan.

"Untuk saat ini namaku Syukron Fahmi" jawab orang itu.

Wali Paidi terdiam, dia hanya menunduk memikirkan jawaban orang tersebut, dan tiba2 saja sikap wali Paidi berubah dengan sendirinya tanpa ia sadari, wali Paidi bersikap seakan menghadapi gurunya.

"Kang Paidi, sampeyan tidak seharusnya menghindari semua itu, pujian2 itu adalah ujian buatmu, ujian yang berupa pujian itu lebih berat dari penghinaan, Allah mau meningkatkan derajad sampeyan..." ucap orang itu.

Wali Paidi semakin menunduk, ternyata orang yang sedang memancing ini tahu akan keadaan dirinya.

"Kang paidi, dengan menghidari pujian2 itu sama saja sampeyan menafikan kekuatan Allah, karena sampeyan merasa tidak mampu, padahal Allah-lah yang memberi kekuatan" kata orang itu lagi.

Wali Paidi hanya bisa diam dan semakin menunduk, air mata mulai meleleh dari matanya.

"Ingat, la haula wala quwwata illa billah, merasa mampu dan merasa tidak mampu itu tidak boleh, itu sudah syirik khofi bagi orang setingkat sampeyan, karena Allah yang memberi kekuatan, Allah meliputi segalanya".

Wali Paidi menangis sesunggukan, dia yakin orang yang di depannya adalah Nabiyullah Khidir, dia ingin bersalaman dengan-nya untuk memastikannya, setelah menangisnya agak reda, wali Paidi mengangkat wajahnya dan mau bersalaman dengan orang itu.

Tapi orang yang mengaku bernama Syukron Fahmi sudah hilang dari hadapannya....

Setelah bertemu sosok yang mengaku bernama Syukron Fahmi, wali Paidi masih terdiam dalam duduknya, masih terngiang2 ucapan sosok misterius yang menggugah jiwanya itu.

Wali Paidi berdiri membersihkan tempat duduknya dan mulai melaksanakan sholat, setelah salam, wali Paidi berdiri lagi dan melakukan sholat lagi, begitu terus sampai malam kira2 sekitar jam 9 malam, wali Paidi berhenti dan melanjutkan dengan melakukan wirid.

Dia duduk bersila, memusatkan pikirannya, membuang jauh2 pikiran2 tentang dunia, menggerakkan hatinya untuk berdzikir sirr, dan entah berapa lama hal ini terjadi, dan kemudian wali Paidi merasakan alam disekitarnya begitu hampa, tidak ada suara, semua yang berada disekitarnya jadi hitam gelap gulita, wali Paidi seakan menjadi udara yang hampa dan bergerak mengitari alam yang hitam pekat ini.

Setelah berkeliling tampak didepannya ada dua sosok manusia yang sedang duduk seperti duduknya orang tahiat, dan berdiri disamping keduanya sosok berjubah putih yang bercahaya, lamat-lamat wali Paidi mengenali salah satu sosok yang duduk didepannya tersebut.

"Tidak salah lagi, beliau adalah Imam Ghozali Mujtahid Islam" bathin wali Paidi

Lalu wali Paidi melihat sosok baju putih itu maju kedepan dan berkata kepada sesuatu yang didepannya, sesuatu yang tidak terlihat

"Gusti... bagaimana menurut njenengan terhadap kedua kekasihmu ini Nabi Musa dan Al-Ghozali...?" tanya sosok putih itu.

Lalu ada suara yang mengatakan

"Musa dengan ijinku bisa menghidupkan orang yang telah mati, tapi aku lebih suka terhadap Al-Ghozali karena dia demgan ijinku pula bisa menghidupkan hati hamba2ku yang telah mati, banyak menghilangkan kebodohan dan membuka jalan buat hamba2ku untuk lebih mengenalku...."

Lalu ketiga sosok itu samar2 hilang dari pandangan wali Paidi.

Lalu lamat2 terdengarlah adzan subuh, sedikit demi sedikit alam mulai terlihat kembali.

Setelah sholat, wali Paidi bangkit dan kembali pulang....

Bersambung...

No comments:

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...