Banner

Tuesday, March 20, 2007

Menjemput Cinta (Bag.1)

Segala puji bagi Allah, kita memuji, memohon pertolongan, serta ampunanNya. Kita berlindung kepada Allah dari kejahatan nafsu-nafsu kita dan dari kejahatan amal perbuatan kita. Barangsiapa yang ditunjuki oleh Allah maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah maka tak seorangpun yang bisa menunjukinya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah yang tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan Allah.


Cinta adalah bagian dari fitrah, orang yang kehilangan cinta dia tidak normal tetapi banyak juga orang yang menderita karena cinta. Bersyukurlah orang-orang yang diberi cinta dan bisa menyikapi rasa cinta dengan tepat.

"Dijadikan indah pada pandangan manusia, kecintaan kepada apa-apa yang diinginkan yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia dan disisi Allah tempat kembali yang baik." (Al-Qur`an: Al-Imron ayat 14)

Cintamu kepada sesuatu menjadikan kamu buta dan tuli (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Cinta memang sudah ada didalam diri kita, diantaranya terhadap lawan jenis. Tapi kalau tidak hati-hati cinta bisa menulikan dan membutakan kita.

Islam tidak melarang atau mengekang manusia dari rasa cinta tapi mengarahkan cinta tetap pada rel yang menjaga martabat kehormatan, baik wanita maupun laki-laki. Kalau kita jatuh cinta harus hati-hati karena seperti minum air laut semakin diminum semakin haus. Cinta yang sejati adalah cinta yang setelah akad nikah, selebihnya adalah cobaan dan fitnah saja.

Cara untuk bisa mengendalikan rasa cinta adalah jaga pandangan, jangan berkhalwat berdua-duaan, jangan dekati zina dalam bentuk apapun dan jangan saling bersentuhan.

Berdasarkan tingkatannya cinta manusia di bagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

1. Cinta kepada kepada sang khalik, hal ini tercantum didalam salah satu firman Allah :
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS 3 : 31)

Sahabat, bagaimana caranya kita menjemput cinta Allah? pertama–tama kita harus Ma’rifatullah (mengenal Allah), sesungguhnya hanya Dialah cinta sejati kita. Yang selalu memenuhi kebutuhan kita, yang selalu ada disaat kita membutuhkan-Nya, dan selalu mengabulkan apa yang kita minta. Yang memiliki 99 Nama yang Indah (Asma Ul-Husna), Hal ini tercantum didalam salah satu firman-Nya :
Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, raja, yang Maha suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha Perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. (QS 59:23)

Lalu apakah kita masih mengaku mencintai Allah SWT, sementara di waktu azan berkumandang kita masih di depan tv mengacuhkan panggilan sholat, kita masih asik dengan santainya mengobrol dengan teman kita dengan alasan tanggung? atau barangkali sholat pun kita tinggalkan. Kemudian ada lagi kadang kita salah berucap atau dengan tingkah laku kita kita menyakiti hati orang lain? atau mungkin juga kita pernah berbuat maksiat yang dilarang oleh Allah. Nauzhu Billah.

Sahabat, sesungguhnya Allah pun cemburu kepada kita, Dari Abi Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Allah SWT itu pencemburu. Dan kecemburuan Allah itu adalah ketika seseorang mengerjakan apa yang diharamkan Allah SWT." (HR Muttafaq alaihi)

Tidakkah kita ingin dicintai Allah? Jika kita ingin dicintai oleh Allah SWT, maka jauhilah segala perkara yang Allah larang dan kerjakanlah apa yang Allah perintahkan. Insya Allah bila kita mengerjakan apa yang Allah perintahkan, maka Allah pun akan mencintai kita. Ada suatu riwayat mengatakan “ Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang Hamba, maka Dia akan mengatakan kepada Malaikat Jibril, dan malaikat Jibril pun berseru kepada seluruh malaikat yang ada di langit dan di bumi dengan mengatakan bahwa Allah mencintai si Fulan. Maka seluruh malaikat yang diseru pun mencintai orang tersebut. “

Sahabat, dalam setiap detik yang berdetak. Dalam menit yang berhamburan tak kenal ampun. Juga dalam bilangan jam yang menukik tak terhentikan. Diamlah sejenak. Lihatlah di kedalaman jiwa. Tengok sebentar ujud hatimu. Adakah rupanya bersinar ataukah kau temukan ujud yang legam?. Dan apabila rupa yang kedua yang kau jumpai, maka seperti ucapan perempuan yang bersimpuh peluh di hadapan RasulNya tentang dosa-dosanya, kita juga perlu mengadospsi perkataannya sebagai manifestasi malu “Dengan apa kubahasakan malu ini pada Allah Yang Maha Kuasa. Haruskah dengan isak yang menyesak? Dengan kata yang menyemesta? Dengan keluhan-keluhan panjang?”

Tapi pernahkah kita malu dengan berbukit dosa yang diperbuat. Pernahkah merasa enggan bertemu Allah, karena malu atas segala salah yang tak akan luput dari pernglihatan Nya?. Malulah dari sekarang. Malulah dengan sebenar-benar malu, dengan sepenuh malu. Terlalu sering kita berada di sudut yang gelap karena keluar dari orbit benderang Nya. Terlalu mudah kita ingkari nikmat Nya yang agung, hingga kita benar-benar tidak tahu malu. Sekali lagi, Malulah kepada Tuhanmu.

Malu adalah sebagian dari iman, itu adalah sabda Rasulullah. Tapi malu yang seperti apa?. Dari Abdullah Ibn Mas’ud r.a, diriwayatkan bahwa Nabi bersabda “Orang yang malu kepada Allah dengan sepenuh malu adalah orang yang menjaga kepalanya dari isinya, menjaga perutnya dari segala rezeki tidak halal, selalu mengingat kematian, meninggalkan kemewahan dunia dan menjadikan perbuatan akhirat sebagai hal yang lebih utama. Sesiapa yang melakukan semua itu, maka ia telah malu kepada Allah dengan sepenuh malu”.

Dan, tahukah kalian apa yang Allah berikan sebagai imbalan kepada orang yang malu kepada Nya? Sebuah perlindungan tanpa tanding. Itu janji Nya.

Inilah contoh kisah cinta sejati dan pengorbanan hakiki yaitu kisah Ibrahim yang terukir dalam al-Qur’an. Setelah dia mengenal dan mengetahui siapa Tuhannya yang sesungguhnya, dia pun jatuh cinta kepada-Nya (tak kenal maka tak sayang, kan). Dan Tuhannya pun berkenan menyambut cintanya dan menjadikannya sebagai kekasihnya (khalilullah). "Dan Allah mengambil Ibrahim sebagai kekasihNya" (QS:4;125).

Dan karena Ibrahim as paham benar apa itu cinta dan segala konsekuensinya, maka dia siap berkorban untuk sesuatu yang dicintainya karena memang cinta butuh pengorbanan. Namun tidak tanggung-tanggung, Ibrahim as diminta untuk mengorbankan putra kesayangan satu-satunya, belahan hati yang bertahun-tahun ditunggu kehadirannya, tapi ia rela, karena memang yang memintanya adalah Tuhannya, Kekasihnya.

Itulah sekelumit kisah cinta antara seorang hamba dengan Tuhannya, sebuah kisah yang benar-benar menyayat jiwa, membikin pilu di hati, tapi penuh dengan nilai-nilai Rabbani. Sebuah pengorbanan dari pemahaman akan cinta yang sangat mendalam kepada Tuhan Rabbal ‘alam. Itulah cinta sejati, cinta hakiki, yang akan mendapat ridha ilahi rabbi. Cinta dan pangorbanan yang akan mendapatkan kenikmatan abadi di dalam surga nanti. Bandingkan dengan cerita di atas tadi. Sebuah gambaran cinta dan pengorbanan yang penuh birahi dan emosi. Sebuah pengorbanan yang tiada arti.

.... Bersambung

By: Sherly Elpatra Fariusman

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...