Banner

Wednesday, April 19, 2006

SABAR MENGHADAPI UJIAN

Dengan Menyebut Nama Allah, Maha Pengasih, Maha Penyayang
==========================================================

"Sesungguhnya kami akan uji kalian dengan suatu cobaan berupa ketakutan , kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Berikanlah kabar gembira kepada orang-orang shabar yaitu orang-orang yang ketika ditimpa musibah mereka berkata, "Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepda Nya pula kami akan kembali." Mereka orang-orang yang mendapat karunia, kehormatan dan rahmat dari Allah dan merekalah orang-orang yang memperoleh hidayah". (QS Al Baqarah:155-157)

Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda: "Siapa yang beroleh limpahan kebaikan dari Allah lebih dulu akan diberiNya cobaan" (HR Bukhari dan Muslim)
Allah SWT kadangkala melaksanakan hukuman di dunia ini dengan memberi ujian dan cobaan dalam berbagai bentuk : cobaan badaniah dan rohaniah yang berupa penyakit, luka, cacat, gigitan nyamuk, rasa susah, gelisah dll; cobaan melalui harta kekayaannya berupa kehilangan, kebakaran, kekurangan, ketiadaan, kerusakan dll; cobaan melalui sanak keluarga dan keturunanya seperti kematian, cacat, lumpuh dst.

Kesemua bala ujian dan cobaan tersebut mungkin terjadi karena:
1. Hasil undangan dari kedurhakaan manusia sendiri, hasil usaha perbuatan dan kelakuannya sendiri yang dihukum di dunia oleh Allah sebagai pembalasan kontan dan spontan. Kemungkinan ini dapat terjadi sebagai tanda kasih sayangNya untuk menghapus dosa dan kedurhakaannya di dunia ini dan ia akan keluar dari dunia ini dalam keadaan suci bersih.
Rasulullah telah bersabda: "Tidak satu musibahpun yang menimpa diri seorang muslim baik berupa kesusahan dan penderitaan, kesedihan dan kedukaan, maupun penyakit, bahkan karena sepotong duri yang mencocok anggotanya, kecuali dihapuskan Allah dengan itu sebagian dari kesalahan-kesalahannya" (HR Bukhari dan Muslim)

Dari Ibnu Mas'ud katanya, Rasulullah juga bersabda: Saya bertamu kepada Rasulullah SAW kebetulan ia sedang menderita demam. Maka kataku kepadanya: "Ya Rasulullah, badan anda panas sekali?” Ujarnya: "Memang, suhuku naik, sampai 2 kali lipat suhu badan tuan-tuan dikala demam! Kataku pula: "Sebabnya mungkin karena anda diberi pahala 2 kali lipat pula". Benar demikian! ujar Nabi, "Dan juga, tidak seorang muslim-pun yang ditimpa kesakitan mulai dari tusukan duri hingga yang lebih berat dari itu, kecuali dihapuskan Allah dengan kesalahan-kesalahannya tak ubah bagai kayu yang menggugurkan ranting-ranting dan daun-daunnya" (HR Bukhari)

2. Kemungkinan lainnya ialah untuk meninggikan martabatnya baik di dunia maupun di akhirat, apabila ia tidak mempunyai dosa (kedurhakaan lain yang patut dihukum) Dari Shuheib bin Sanan, Nabi bersabda: "Sungguh ajaib perihal seorang mukmin itu. Bagaimana juga keadaannya, semuanya baik dan ini tidak akan ditemukan kecuali pada orang mukmin, jika ia mendapat kegembiraan ia akan bersyukur dan itu merupakan kebaikan dan jika ia ditimpa kemalangan, ia akan bersabar dan itu juga merupakan kebaikan baginya." (HR Muslim)

Takdir Allah sendiri untuk menguji hambaNya terus menerus dirundung malang, kelak akan diganti di akhirat dengan rahmat dan keridhaanNya. Apabila seseorang menghadapi cobaan dan penderitaan dengan ridha, ikhlas dan mencari jalan ke luar dengan cara yang sebaik-baiknya, tidak mengeluh, mengaduh apalagi merintih, maka Allah pasti akan memudahkan baginya urusan hisabnya. Allah akan mensegerakan pahalanya, memberikan kehidupannya sehingga timbangannya tidak berat kepada kejahatan, tetapi akan berat ke arah ketaatan dan pahala, yang berkesudahan masuk surga jannatun-na'im

Dari 'Atha bin Ribah yang diterimanya dari Ibnu Abbas yang menanyakan kepadanya: "Inginkah anda melihat seorang wanita penduduk syurga?" Jawabku, "Memang". Katanya, "Nah, wanita yang hittam itu!" Ia pernah datang kepada Nabi SAW dan mengadu: "Saya ini sering jatuh pingsan dan suka membukakan aib, maka doakanlah oleh anda kepada Allah agar disembuhkanNya." Ujar Nabi: "Jika anda mau, anda terima itu dengan sabar dan sebagai ganjarannya anda akan mendapat surga atau kalau tidak, saya doakan kepada Allah Ta'ala agar disembuhkanNya." Ujar wanita itu, "Baiklah saya akan bersabar." Kemudian ujarnya, "Tetapi saya sering membukakan rahasia, maka doakanlah oleh anda agar saya tidak berpenyakit seperti itu lagi! Maka didoakanlah oleh Nabi."

Begitu pula Allah SWT tidak akan memberikan buku catatannya yang membukakan rahasianya di hadapan khalayak ramai di yaumil Masyar kelak. Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah, Nabi bersabda: "Perumpamaan orang mukmin itu adalah seperti tanaman yang penyakitan, ia bergoyang dan condong kemana dibawa angin. Maka bila ia ditimpa musibah ia akan condong, tetapi akan tegak kembali. Sebaliknya orang durjana adalah seperti tanaman padi yang lurus dan kaku, hingga mudah patah dan tercabut bila dikehendaki Allah."

Sabar adalah menghadapi ujian dan cobaan dengan cara yang baik, berikhtiar mencari jalan keluar dengan cara yang baik pula dan membiasakan diri melakukan amal perbuatan yang sholeh dan usaha yang terpuji, sambil menjadikan pengalamannya itu duatu dorongan untuk mempunyai kemauan yang keras, keimanan dan keyakinan (istiqomah).
Sikap shabar ada 5 macam yaitu:
1. as-shabru fil ibadah (shabar dalam beribadat) yaitu tekun mengendalikan diri melaksanakan syarat-syarat dan tata tertib ibadah
2. as-shabru 'indal mushibah (shabar ditimpa malapetaka atau musibah) yaitu teguh hati ketika mendapat musibah baik yang berbentuk kemiskinan, kematian, kecelakaan, kejatuhan dst
3. as-shabru 'anid dunya (shabar terhadap kehidupan dunia) yaitu shabar terhdap tipu daya dunia tidak terpaut kepada kenikmatan hidup dunia dan tidak menjadi kehidupan dunia sebagai tujuan tetapi hanya sebagai alat untuk mempersiapkan diri menghadapi kehidupan yang kekal.
4. as-shabru 'anil ma'shiah (shabar terhadap ma'siat) yaitu mengendalikan diri supaya tidak berlaku ma'siat. shabar bagian ini tidak hanya mengenai diri sendiri namun dari orang lain yaitu amar ma'ruf nahi munkar, berusaha agar orang lain tidak sampai terperosok ke jurang kema'siatan.
5. as-shabru fil jihad (shabar dalam perjuangan) yaitu menyadari sepenuhnya bahwa setiap perjuangan mengalami masa naik dna turun, masa menang dan kalah.
Dalam QS Ali Imran: 200, Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, berlaku shabarlah dan perkuat kesabaran diantara sesama kalian dan bersiap siagalah kalian serta bertaqwalah kepada Allah supaya kalian memperoleh kemenangan”.
Dalam ayat diatas ditegaskan ada 4 sifat yang akan menghasilkan kemenangan yaitu sabar, saling menyabarkan, bersiap siaga dan taqwa. Allah telah berfirman dalam hadits qudsi: "Apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan shabar yang sempurna. Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada hari kiamat atau membukakan buku catatan amalannya baginya." (HQR Al-Qudla'i, ad-Dailami dan al-Hakimut-Turmudzi dari Anas ra)
Marilah kita memohon kepada Allah agar Dia menghiasai diri kita dengan sifat shabar, saling menyabarkan, siap siaga dan waspada serta taqwa dalam segala situasi dan kondisi. Amin
Sumber: Hadits Qudsi : Pola Pembinaan Akhlaq Muslim, oleh KHM Ali Usman dkk, Fiqih Sunnah, Sayiq Sabiq

Keadilan Allah

Blogger Buzz
KEADILAN ALLAH, KARUNIA DAN KEKUASAAN-NYA
(Hadits Arbain, Hadits ke- 37)


Dari IbnuAbbas RadhiyallahuAnhu,dia meriwayatkan dari Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam, beliau meriwayatkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dia berfirman, "Sesungguhnya Allah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan-keburukan kemudian menerang­kannya. Barangsiapa berhasrat mengerjakan kebaikan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan seutuhnya. Jika ia berhasrat mengerjakan kebaikan lalu benar-benar mengerjakannya, Allah mencatat nilai kebaikan itu sepuluh kali sampai tujuh ratus kali lipat, bahkan berlipatganda lagi. Dan barangsiapa berhasrat mengerjakan keburukan namun tidak jadi mengerjakannya, Allah mencatat di sisi-Nya satu kebaikan seutuhnya. jika ia berhasrat mengerjakan keburukan lalu benar-benar mengerjakannya, Allah hanya mencatat satu keburukan untuknya." (Riwayat Bukhari dan Muslim dalam kedua kitab Shahihnya dengan lafazh seperti ini)

Komentar Imam Nawawi terhadap Hadits diatas:
Lihatlah wahai saudaraku, -semoga Allah memberikan taufik kepada kami dan kepada anda sekalian- kepada keMahalembutan Allah Ta'ala. Lihatlah lafazh-lafazh berikut ini:
"Di sisinya" menunjukkan perhatian Allah kepada kebaikan.
"Sempurna" penegasan tentang betapa besar perhatian yang diberikan Allah kepada kebaikan.
Dia berkata tentang keburukan yang diniatkan seseorang kemudian ditinggalkannya. Allah menuliskan di sisi-Nya sebagai sebuah kebaikan yang sempurna. Dia menguatkannya dengan kata "sempurna" dan jika mengerjakannya, Dia menulis sebagai satu keburukan, dia menegaskan atas sedikitnya keburukan yang diperbuatnya dengan kata "satu", dan tidak menegaskannya dengan kata "sempurna". Segala puji dan karunia milik Allah. Kita tidak dapat menghinggakan pujian kepada-Nya dan kita mohon taufik kepada-Nya.
Hadits ini diriwayatkan Bukhari dalam kitab ar-Rigaq (penyucian jiwa), bab: Barangsiapa yang berniat untuk melakukan kebaikan dan keburukan, nomor 6126. dan dalam bab: Tauhid. Diriwayatkan Muslim dalam kitab: Imam, bab: Jika seorang hamba berniat melakukan kebaikan, dituliskan niatnya dan jika berniat keburukan, niatnya tidak ditulis. Nomor 131.


Pemahaman Hadits dan Pelajaran yang Dikandungnya :
Hadits ini mencakup kebaikan dan keburukan, niat untuk berbuat baik dan berbuat buruk.

1. Balasan 1 kebaikan dibalas Allah SWT 10 - 700 kali lipat bahkan berlipat ganda.
"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya."
(Al-An'am: 160)
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menaf kahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahaluas (kurnia-nya) lagi Maha Mengetahui. " (Al-Baqarah: 261)
"Barangsiapa menafkahkan hartanya dijalan Allah SWT, Allah SWT membalas dengan 700 kebaikan. Dan barangsiapa menafkahkan untuk dirinya, keluarganya, dan orang yang sakit, Maka Allah SWT akan membalasnya dengan 10 kebaikan." (HR Ahmad)
Subhanallah, begitu penuh rahmat dan kasih sayangnya ajaran Islam, dengan menafkahkan dirinya, memuliakan dirinya, tidak merusak dirinya saja sudah mendapat pahala. Seorang Ayah yg memberi nafkah keluarganya dengan nafkah yang halal, yang baik maka akan mendapat balasan kebaikan dari Allah SWT.
Pelipatgandaan kebaikan lebih daripada sepuluh kali adalah berbanding lurus dengan kualitas keislaman, sempurnanya keikhlasan dan ketepatan waktu dalam beramal.


2. Perbuatan buruk. Setiap perbuatan buruk yang dilakukan seorang hamba ditulis tanpa dilipatgandakan.
Allah Ta'ala berfirman : “Dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat, maka dia tidak diberikan pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan)”. (Al-An'am: 160)
Tetapi keburukan adakalanya membesar/berlipat ganda disebabkan karena kemuliaan waktu dan tempat atau pelakunya.

a. Keburukan lebih ditekankan keharamannya pada bulan-bulan haram (Dzul Qa'dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab, Penj) karena mulianya bulan-bulan tersebut. Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya bilangan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu." (At-Taubah: 36)
Termasuk Bulan Ramadhan.

b. Keburukan yang dikerjakan di tanah haram lebih besar dosanya, karena kemuliaan tempat. Allah Ta'ala berfirman, "(Musim haji) adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik, dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji." (Al-Baqarah: 197)
Ibnu Umar berkata, "Fasik adalah melakukan kemaksiatan di tanah haram, sebagaimana firman-Nya, "Dan siapa yang bermaksud di dalamnya melakukan kejahatan secara zhalim, niscaya akan Kami rasakan kepadanya sebahagian siksa yang pedih." (Al-Hajj: 25)

c. Keburukan pada sebagian hamba Allah lebih besar dosanya dibandingkan dengan keburukan yang ada pada sebagian yang lain.
Hal itu karena kemuliaan yang dimilikinya, ketinggian ma'rifatnya kepada Allah dan kedekatannya dengan Allah. seperti, Para Nabi, Isteri2 Nabi, Para sahabat, 'ulama.
Allah berfirman, "Hai isteri-isteri Nabi, siapa-siapa di antara kamu yang mengerjakan perbuatan keji yang nyata, niscaya akan dilipatgandakan siksaan kepada mereka dua kali lipat. Dan adalah yang demikian itu mudah bagi Allah. Dan barangsiapa di antara kamu sekalian (isteri-isteri Nabi) tetap taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan mengerjakan amal yang shalih, niscaya Kami memberikan kepadanya pahala dua kali lipat dan Kami sediakan baginya rezki yang mulia. " (Al-Ahzab: 30-31)

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...