Banner

Thursday, June 08, 2017

Wali Paidi (Eps.4)

Sesampainya dirumah sehabis dari gunung arjuna, wali Paidi menjalankan aktifitas sebagaimana biasanya. Tiap pagi wali Paidi pergi kepasar berjualan minyak wangi, orang2 dipasar dan dirumahnya biasa memangilnya kang Paidi tukang minyak. Sekitar jam 1 siang wali Paidi ini menutup tokonya dan pulang, setelah sholat ashar sehabis istirahat siang wali Paidi mengajari anak2 kecil dilanggarnya belajar membaca alQur'an sampai waktu magrib.

Dulu dilanggar wali Paidi yang sederhana ini ramai sekali dipenuhi anak2 kecil yang belajar mengaji, tapi setelah ada sistem iqro' dan qira'ati, langgar wali Paidi ini sepi, anak2 pada pindah ke TPQ2 yang memang banyak tersebar dikampungnya ini.

Wali Paidi sebenarnya juga ikut pelatihan metode iqro maupun qiroati yang diwajibkan kepada seluruh guru TPQ guna mendapatkan syahadah (semacam ijazah), tapi wali Paidi tidak lulus dalam pelatihan ini karena seringnya wali Paidi merokok dan bawa kopi didalam kelas.

Jadinya di langgar wali Paidi ini metode yang digunakan tetap memakai metode lama yaitu metode bagdadi, karena bagi guru TPQ yang tida punya syahadah tidak boleh mengajar dengan memakai metode iqro maupun qiroati dan lama kelamaan murid2 wali paidi habis tinggal 5 anak saja yang tetap mengaji di langgarnya wali Paidi.

Orang tua dari kelima murid wali Paidi ini tetap mempercayakan anaknya ke wali Paidi ini disebabkan masalah ekonomi, mereka adalah orang2 miskin yang tidak mampu membelikan seragam TPQ dan buku terhadap anak mereka, daripada tidak mengaji mereka tetap menitipkan anak2nya kepada wali Paidi, karena dilanggar wali Paidi ini tidak ada tarikan uang, mereka bebas dari biaya apapun, malah mereka sering dikasih uang jajan oleh wali Paidi ini.

Menjelang magrib datanglah seorang pemuda yang kira2 berumur 35 tahun mencari wali Paidi, pemuda ini adalah seorang murid thoriqoh yang disuruh gurunya mencari wali Paidi.

"Nak carilah kiai didaerah ini namanya Ali Firdaus, tapi orang2 dikampungnya biasa memanggil dengan sebutan Paidi (orang yang memberi faedah), umurnya kira2 seumuran dengan-mu, dan hanya beliau satu2nya yang bernama Paidi dikampung itu, kalau kamu ketemu dengannya sampaikan salamku dan mintalah nasehat padanya" begitulah yang dikatakan guru pemuda ini kepadanya waktu itu.

Pemuda ini disuruh mencari wali Paidi karena seringnya pemuda ini mengalami hal2 aneh, seperti ketika sholat, tiba2 ia sudah berada di Makkah dan sholat dihadapan Ka'bah, dan banyak orang yang melihatnya sholat diatas daun padahal dia ada dirumah, pemuda ini akhirnya sowan kepada gurunya dan melaporkan semua kejadian yang dialaminya, dan disuruh mencari kiai Ali atau kiai Paidi. Sesampai dikampung yang dimaksud, pemuda ini bertanya2 kepada orang2 dimanakah rumah kiai Paidi.

"Disini tidak ada yang namanya kiai Paidi, yang ada kang Paidi seorang penjual minyak wangi.." begitu jawab orang kampung ketika ditanya pemuda ini.

"Baiklah, dimana rumah kang Paidi penjual minyak wangi itu?" tanya pemuda ini, pemuda ini yakin bahwa kang Paidi itulah kiai Paidi yang dicarinya karena gurunya juga bilang bahwa nama Paidi hanya satu2nya orang dikampung ini.

Pas waktu magrib pemuda ini sampai dirumah wali Paidi, pemuda ini bertanya kepada seorang wanita yang berada didepan rumah wali Paidi
"Apakah benar ini rumah kang Paidi penjual minyak wangi?"

"Benar nak, dia ada dilanggar itu, sedang ngimami sholat magrib" jawab wanita itu sambil menunjukkan langgar yang berada disebelah rumah wali Paidi.

"Terima kasih bu.." jawab pemuda ini sambil menuju ke langgar guna sholat magrib dan sekalian sowan kepada kiai Paidi.

Sehabis wudlu pemuda ini masuk kelanggar sholat berjamaah bersama yang lain, dilihatnya yang sholat dilanggar ini cuma 3 orang, dia berdiri disamping mereka, ketika pemuda ini mendengar surat alfatihah yang dibaca wali Paidi, hati pemuda ini menjadi galau karena wali Paidi ini ketika membaca huruf "ain" menjadi "ngg", robbil 'alamin menjadi robbil ngalamin.....

"Gimana mau khusu' dan diterima sholatnya wong bacanya aja udah keliru, apakah tidak salah gurunya menyuruhnya sowan kepadanya" gumam pemuda ini dalam hati..

Setelah salam dan melakukan wirid seperti biasa pada umumnya wali Paidi ini melanjutkan dengan sholat sunnah dan sehabis sholat sunnah wali Paidi ini keluar dari langgar dan duduk2 diteras sambil merokok...

Pemuda ini menghadap kepada wali Paidi,
"Assalamu'aaikum..." salam pemuda ini.

"Wa ngalaikum salam..." jawab wali Paidi sambil tersenyum.

Setelah menyampaikan salam gurunya kepada kiai Paidi, pemuda ini menceritakan maksud kedatangannya dan menceritakan hal2 aneh yang dialaminya kepada wali Paidi.

"Hmm...saya juga heran, kok kamu sampai bisa seperti itu yah... mengalami hal2 yang menakjubkan padahal sholat kamu tadi aja masih sibuk ngurusi tajwid dari pada ingat kepada Allah..." kata wali Paidi kepada pemuda ini.

Seketika pucatlah wajah pemuda ini, dan dalam hati pemuda ini berkata:
"Masya Allah... ternyata gurunya tidak salah mengenai kiai muda ini"
pemuda ini semakin menundukkan kepalanya dihadapan wali Paidi ini...

Pemuda santri thoriqot ini hanya diam, tidak berani berkata banyak didepan wali Paidi, suasana jadi hening, hanya terdengar suara wali Paidi yang menghisap rokoknya,

“monggo kopine kang, dan ini rokoknya “wali paidi menawarkan kopi dan rokok dji sam soenya
“iya terimakasih...” setelah menyeruput kopinya pemuda ini mengeluarkan rokoknya dan menyalakannya.

“gimana khabarnya mas kiai Mursyid “ tanya wali Paidi

“alhamdulillah baik-baik saja “jawab pemuda ini.

“nanti sehabis sholat isya’ kamu dzikir aja dimusholla sini, kalau nanti kamu tiba2 berada di tempat yang asing , kamu baca la haula wala quwwata illa billah 3x“ pesan wali paidi.

“Iya, mas Paidi “jawab pemuda ini.

Tidak lama kemudian terdengar suara adzan berkumandang, menunjukkan kalau waktu sholat isya’ telah tiba, tampak 3 orang yang tadi sholat magrib telah datang, setelah berwudlu mereka bertiga masuk ke musholla menunggu wali Paidi.

Wali Paidi berdiri masuk kedalam musholla dan mempersilahkan pemuda thoriqot ini untuk ngimami sholat isya’, tapi pemuda ini tidak mau, Wali Paidi akhirnya maju dan dimulailah sholat isya’ berjamaah.

Pemuda thorqot ini sholat tepat dibelakang wali Paidi, jadi pemuda ini dapat mendengar dengan jelas suara wali Paidi, tapi pemuda ini tidak mau mengulangi kesalahnnya diwaktu sholat magrib tadi, sambil membaca fatihah pemuda ini mulai mengajak hatinya berdzikir Allah...Allah...Allah...

Pemuda ini mulai merasakan ketenangan dalam sholatnya, suara hiruk pikuk disekitar musholla mulai hilang, suasana menjadi hening yang terdengar hanya suara wali Paidi dan suara hatinya yang berdzikir, lama kelamaan suara wali Paidi yang tadinya cemplang dan terdengar tidak bertajwid, berubah menjadi sangat merdu dan sangat fasih, suara dan bacaan wali Paidi bagaikan suara dan bacaan imam masjidil haram.

Setelah mendengar salam barulah pemuda ini seakan tersadar kembali lagi kedunia. Setelah membaca wirid seperti pada umumnya wali Paidi mundur, melaksanakan sholat sunnah dua rokaat, setelah sholat wali Paidi mendekati pemuda thoriqot ini.

“Sampeyan disini aja, dan mulailah berdzikir seperti yang sampeyan lakukan“ kata wali Paidi

“Iya mas Paidi“ jawab pemuda ini singkat

“Ingat pesan saya tadi“ kata wali Paidi lagi

Pemuda ini menggangguk, setelah ke tiga orang yang ikut jamaah tadi keluar, wali Paidi berdiri mematikan lampu musholla dan ikut keluar. Tinggallah pemuda ini sendirian didalam musholla.

Pemuda thoriqot ini lalu duduk bersila, dan memulai membaca fatihah, tawasul kepada kanjeng Nabi Muhammad dan diteruskan tawasul kepada guru2nya, setelahnya barulah pemuda ini mulai membaca wirid yang selama ini selalu istiqomah ia baca, lama kelamaan suasana mulai berubah, angin yang tadinya menghembus sepoi2 berubah menjadi kencang, benda-benda yang berada didalam musholla mulai hilang satu persatu, bahkan dirinya juga terasa ikut hilang, beriringan dengan hilangnya tubuh pemuda ini, tampak dipengimaman ada cahaya putih yang kecil, hanya cahaya ini yang tampak karena semuanya telah hilang dalam pandangan mata pemuda ini, dan dengan sayup2 mulailah terdengar suara orang yang berlalu-lalang membaca ta’bir dan tahmid, cahaya yang tadinya kecil mulai membesar dan teranglah seluruhnya, dan tampaklah dengan jelas didepan pemuda ini bangunan segi empat yang tertutup kain hitam yang disekelilingnya terlihat banyak orang yang berjalan mengitarinya.

Masya Allah ternyata pemuda ini telah berada di Makkah, didalam masjidil haram. Pemuda ini membathin, benarkah aku ini sekarang berada di masijidil haram, timbul keraguan didalam hati pemuda ini, dengan perlahan dia meletakkan tangannya di atas marmer masjid, ada sesuatu yang hangat yang mengalir ketangannya,

“Ini marmer sungguhan “bathin pemuda ini lagi.

Lalu pemuda ini berdiri melihat lalu lalang orang2 yang sedang ber-thowaf, ratusan ribu orang berjubel jadi satu dengan pakaian putih saling bersahutan memuji Allah, pemuda ini lalu teringat dengan pesan wali Paidi, kemudian duduklah pemuda ini dan mulai membaca
la haula wala quwwata illa billah” 

Ketika bacaannya sampai ke bacaan yang ketiga, datanglah angin yang sangat kencang, bumi Makkah serasa bergoncang, seakan kena gempa, dan tampa bisa dicegah tubuh pemuda thoriqot ini terguling-guling, suasana menjadi gelap, tubuhnya baru terhenti ketika menabrak sesuatu.
Berangsur angsur suasana menjadi tenang kembali, pemuda ini mulai membuka matanya.

Betapa kaget dirinya, ternyata dia sekarang berada diatas tumpukkan sampah, tempat yang tadinya dikira masjidil haram ternyata Tempat Pembuangan Sampah.....

Bersambung.....

No comments:

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...