Banner

Sunday, June 04, 2017

Wali Paidi (Eps.1)

Setiap tgl 10 arofah ada perkumpulan 40 wali diatas gunung di daerah Makkah, 40 wali ini tersebar dari seluruh pelosok dunia, dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit di daerah Makkah ini (maaf tempat dirahasiakan) yg datang ada yg terbang, ada yg naik sajadah seperti aladin, ada yg muncul dari bumi, ada yg naik burung, ada yg cling tahu2 sudah ditempat.

Acara tahunan ini (semacam reuni) di pimpin lansung oleh king of the king sulthonul aulia (gak pake pohan) rajanya para wali yg setiap masa hanya satu orang di JAGAD SELURUH ALAM SEMESTA ini.

Dari atas bukit mulai terdengar dentuman2 lantunan dzikir yang terpancar dari hati mereka, diatas bukit para malaikat berwujud awan ikut menyemarakkan acara reuni tahunan ini dengan hembusan angin yang sepoi2 berlantunkan takbir, tahmid dan tahlil.

Tampak dikejauhan dibawah bukit ada orang yang tidak terlalu tua tampak tertatih2 dan sangat kesulitan mencoba menaiki bukit, berbeda dengan wali2 yang datang sebelumnya, seorang tua ini tampak sangat kesulitan menaiki bukit dengan tongkatnya dia berusaha melewati bebatuan yang terjal dan berliku, kadang dia berhenti sebentar untuk mengatur pernafasannya lalu melanjutkkan perjalanan menaiki bukit lagi.

Setelah sampai dipuncak tampak jelaslah orang ini, gemuruh nafasnya masih tampak tersenggal2 kecapekan, pakaiannya biasa, jubah putihnya agak kecoklatan dan sedikit kotor. Walaupun kelelahan tapi wajahnya nampak selalu tersenyum, dari raut wajahnya bisa tercermin bahwa orang ini tidak pernah meremehkan orang lain, tawadhu dan sopan...

Para wali menghentikan aktifitasnya setelah melihat kedatangan orang tua ini, suasana tiba2 hening, satu persatu para wali menyalami orang ini dengan penuh hormat dan takdzim...
''ahlan wa sahlan ya habiballah ya sulthanul aulia...'' ucap mereka

Eh... ternyata orang yang tampak biasa sekali ini adalah rajanya para wali, keramatnya dan kesaktiannya se-akan tidak ada sama sekali....

''Tolong panggilkan Paidi arek indonesia itu suruh kesini...'' ucap sang sultonul aulia kepada para wali.

Disela2 kerumunan para wali muncullah seorang pemuda dengan jas layaknya tentara dan peci hitam yang agak tinggi, dari wajahnya terlihat kalo Paidi ini pemuda yang kocak, dengan wajah cengar-cengir pemuda ini mendekati sang sultan aulia dan mencium tangannya.

Setelah wali Paidi ini menghadap, sang sulthon ini berkata kepadanya: ''Di... Paidi sini aku minta rokoknya dan tolong sekalian masak air buatkan kopi..''
hehehe...ternyata wali yg kemana2 bawa rokok dan kopi hanya wali dari Indonesia..

Sehabis dari pertemuan di Makkah, wali Paidi kembali lagi ke Indonesia. Wali Paidi pingin mencoba ilmu yang baru saja didapat dari temannya wali dari India, Naseer Khan yaitu ilmu melipat bumi. Teman wali Paidi ini memang terkenal sakti, seluruh biksu di India tidak dapat menandingi kesaktiannya, bahkan biksu dari Tibet banyak yang masuk islam, setelah kalah bertarung dengan Naseer Khan ini.

Ketika berangkat ke Makkah wali Paidi “nunut” temannya dari India ini, wali Paidi hanya disuruh menggandeng tangannya lalu tiba-tiba saja cling wali Paidi dan temannya Naseer Khan sudah berada di Makkah diatas bukit tempat pertemuan. Dan karena kasihan wali Naseer Khan ini meng-ijazahkan ilmu melipat bumi kepada wali Paidi, supaya diacara pertemuan-pertemuan yang akan datang wali Paidi tidak repot mencari tunutan lagi.

Wali Paidi memejamkan matanya dan mulutnya mulai berkomat-kamit membaca doa-doa khusus, tiba-tiba tubuh wali Paidi terasa dingin, bumi yang didudukinya terasa seperti es. Wali Paidi membuka matanya tampak didepannya bukit yang tertutup es, dia melihat kebawah, bumi yang didudukinya juga terbuat dari es. “Dimanakah aku ini?“ bathin wali Paidi.

Wali Paidi berdiri, melihat sekelilingnya, semuanya tampak putih tertutup salju. wali Paidi berjalan mengitari tempat yg belum pernah dilihat selama hidupnya, sepi tiada orang sama sekali. Lamat-lamat wali Paidi mendengar ada orang yg bersenandung membaca sholawat, wali Paidi dengan langkah perlahan-lahan mengikuti asal suara senandung sholawat tersebut, dan tampaklah didepannya beruang besar putih, membungkuk ditepi sungai mencari makanan ikan segar.

Masya Allah ternyata yang bersenandung itu bukan manusia tapi beruang putih ini. Wali Paidi berhenti, beruang putih itu menoleh kepada wali Paidi dan berkata kepadanya “assalamu’alaikum“ ucap beruang itu “wa'alaikumussalam“ jawab wali Paidi dengan perasaan kaget dan heran. “Kamu wali paidi ya, aku tadi dapat kabar kalau nanti ada orang yang kesasar kesini, namanya wali Paidi, “ucap beruang itu.

Setelah memakan ikan yang baru didapatnya, beruang putih itu melanjutkan berkata lagi “Kamu jangan kuatir memang sudah biasa orang belajar itu tidak bisa langsung menguasai ilmu yang baru didapatnya, cobalah sekali lagi” kata beruang tersebut lalu pergi meninggalkan wali Paidi.

Wali Paidi diam seribu bahasa, wali Paidi mendongak ke atas melihat posisi matahari, ternyata dia kesasar ke kutub selatan, dan bertemu beruang putih yang bisa bicara.

Setelah sholat sunnah dua rokaat, wali Paidi mulai merapal doanya kembali dan cling.......

Bersambung

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...