Banner

Thursday, June 08, 2017

Wali Paidi (Eps.8)

Sehabis dari acara peresmian toko mas kiai Mursyid, wali Paidi pamit pulang, sebenarnya uang wali Paidi ini sudah habis sama sekali dikasihkan kepada tamu-tamu mas kiai Mursyid yang bersarung dan berpeci itu, sebagai uang kaget, kaget atas acara yang begitu menghebohkan. Mas kiai Mursyid yang tahu kalau wali Paidi ini kehabisan uang malah menggodanya, ketika wali Paidi pamit padanya.

“Kang... duwit sampeyan kan masih banyak, jadi aku wes gak usah nyangoni, ini garam aja sampeyan bawa…” ucap mas yai Mursyid.

"Hehehe… iya mas yai terimakasih…” ucap wali Paidi.

Memang mulai mbah yai, abah yai sampai mas yai Mursyid ini garam adalah cenderamata pondok beliau-beliau ini, garam “suwuk” ini bisa digunakan untuk apa saja, mengobati penyakit dhohir maupun bathin, dan masih banyak kegunaan lainnya tinggal niatnya apa bagi yang menggunakannya…

Adik mas kiai Mursyid menawarkan untuk mengantar wali Paidi ke terminal tapi wali Paidi tidak mau.

“Saya jalan kaki saja sambil jalan-jalan menikmati pemandangan..” ucap wali Paidi kepada adik mas kiai Mursyid.

Setelah bersalam-salaman wali Paidi pamit dan meneruskan berjalan ke arah terminal, dzikir selalu menyertai setiap langkah wali Paidi ini, ketika wali Paidi melintasi jalan dipinggir alun-alun ada segerombolan pemuda yang
mengawasi wali Paidi, dengan tersenyum wali Paidi meneruskan langkahnya, wali Paidi sebenarnya sudah tahu kalau sebentar lagi dia akan dicegat dan di palak dimintai duwit oleh mereka, ini yang jadi ganjalan hati wali Paidi, karena dia sudah gak punya uang sama sekali, dia akan malu sekali karena tidak bisa memberi kepada orang yang meminta.

“Kasihan mereka kalau sampai tidak mendapatkan uang dariku” bathin wali Paidi.

Wali Paidi berusaha menghidar karena malu, dia menyeberang jalan berusaha menghindari mereka tapi gerombolan pemuda ini mengikutinya dan satu orang maju kedepan mencegat wali Paidi.

“Duwit... serahkan duwitmu... ayo cepat…” ucap pemuda itu yang rupanya pimpinan gerombolan ini.

Wali Paidi dengan tersenyum membuka kaca mata hitamnya dan melihat satu persatu para pemuda gerombolan ini, di kaos pimpinan gerombolan ini ada symbol hati yang bersinar yang bertuliskan “SH”,
mereka yang melihat wali Paidi yang begitu tenang jadi keder, dan mereka heran melihat ketenangan dan tampak tidak ada ketakutan sama sekali diwajah wali Paidi.

“Mohon maaf yang sebesar-besarnya aku tidak punya uang sama sekali, maaf aku membuat kalian kecewa, uangku sudah habis kukasihkan kepada orang lain“ ucap wali Paidi kepada ketua gerombolan ini.

Ketua gerombolan ini hatinya jadi bergetar ketika melihat tatapan mata wali Paidi yang begitu teduh, hati pemuda ini jadi damai, dan tanpa disadari mata pemuda ini mulai berkaca-kaca, pemuda ini mulai teringat dengan dosa-dosanya selama ini, pemuda ini juga tidak tahu mengapa hatinya begitu trenyuh dan teringat dengan masa lalunya, teringat dengan pesan-pesan gurunya dahulu.

Kawanan gerombolan ini juga ikut terdiam melihat pimpinan mereka diam tak bergerak sama sekali, mereka jadi heran, biasanya mas Gohell (yg nama aslinya sholeh) ini kalau ada orang dimintai duwit tapi tidak memberi lansung dipukulinya sampai kelenger tapi sekarang tidak bergerak menghadapi pemuda ini.

“Saya tidak bisa memberi apa-apa, ini ada garam kalau sampeyan mau, katanya ibu sampeyan sekarang sakit…” ucap wali Paidi kepada pimpinan gerombolan ini yang ternyata bernama Gohell.

Pemuda yang bernama Gohell ini jadi heran setengah mati, pemuda distro ini (wali Paidi) kok bisa tahu kalau sekarang ibunya lagi sakit dan sudah berhari-hari ini hatinya galau memikirkan penyakit ibunya yang gak sembuh-sembuh, hatinya begitu trenyuh dengan perhatian wali Paidi terhadap ibunya, karena selama ini semua orang dikampungnya tidak ada yang perduli dengan keluarganya mereka hanya mencibir tidak pernah memperhatikan keluarganya.

Tanpa bisa ditahan pemuda ini terduduk dihadapan wali Paidi dan menangis tersedu-sedu…….

Bersambung...

Wali Paidi (Eps.7)

Wali Paidi berpenampilan lain dari biasanya, dia tampil gaul sekali, memakai sepatu unkl347, celana jeans pensil airplane system, dan kaos merk spilis infection, walaupun semua pakaiannya ini pemberian dari adik mas kiai Mursyid yang kebetulan buka toko pakaian distro… dan dengan memakai kaca mata BL hitam invictus, wali Paidi berangkat untuk memenuhi undangan mas kiai Mursyid dalam rangka tasyakuran dan pembukaan toko onderdil barunya yang mana semua barangnya langsung didatangkan dari luar negeri, mas kiai Mursyid ini kalau bisnis memang tidak mau setengah2, sekali terjun beliau langsung menyelam sekalian.

Sekitar jam 09:00 pagi wali Paidi sudah sampai ditoko mas kiai Mursyid, tampak terop yang mewah yang tidak begitu besar berada di depan toko, dibawah terop sudah berjajar rapi kursi yang terbungkus kain putih yang sebagian besar sudah terisi, di depan terop ada geladak kecil yang juga tertutup kain putih yang diatasnya ada karpet merah yang disebelah kirinya ada piano semacam elektone, music barat slowrock berkumandang mulai awal acara,
yang unik, ada sebagian tamu yang datang memakai kopyah dan sarung sedang tamu lainnya berpaikan ala executive muda, memang mas kiai Mursyid ini mengundang seluruh pelaku bisnis didalam kota dan sebagian dari luar daerah, mas kiai Mursyid ini men-setting acara pada pembukaan tokonya ini dengan model seperti acara pembukaan toko onderdil pada umumnya tidak seperti acara yang biasa dilakukan seorang kiai di kalangan pesantren apalagi mas kiai ini adalah seorang Mursyid.

Wali Paidi tidak lansung duduk ditempat acara, tapi langsung menuju dapur umum mecari kopi, setelah dapat kopi wali Paidi duduk di podjok toko, mengeluarkan sebatang rokoknya sambil menunggu kedatangan mas kiai Mursyid, sambil menyedot rokok 'mastna wastulasa warruba’ wali Paidi mengawasi semua temu yang datang, wali paidi tersenyum kecil ketika melihat kekikuk-an para tamu yang memakai kopyah dan sarung itu, mereka tampak rikuh duduk dikelilingi para tamu yang berpenampilan beda dari mereka dan di tempat yang acaranya tidak diduga oleh mereka sebelumnya.

Dari arah belakang datanglah seorang pemuda yang penampilannya seperti wali Paidi ini, mengahampiri dan duduk disamping wali Paidi, pemuda ini adalah adik mas kiai Mursyid.

‘’Udah lama kang...’’ tanya pemuda ini setelah mereka bersalaman.

‘’Oh gak, barusan aja datang…” jawab wali Paidi

Sebelum wali Paidi bertanya soal tamu yang berkopyan dan sarungan itu, adik mas kiai Mursyid ini sudah menjelaskan kepada wali Paidi tetang mereka.

‘’Anu kang... sebenarnya mas kiai Mursyid meminta bantuan kepada kiai Akhmad untuk mendatangkan santri–santrinya untuk datang kesini guna membantu bagian akomodasi (bagian angkat2 meja) tapi terjadi salah paham, ternyata yang dikirim kiai Akhmad kesini adalah para ustads dan penggede2 thoriqoh, dikiranya mas kiai Mursyid mengadakan acara kumpulan thoriqoh, jadinya ya seperti ini hehehe…” adik mas kiai Mursyid menjelaskan kpd wali Paidi.

“Oh... begitu tho ceritanya…” jawab wali Paidi

Tidak lama kemudian datanglah mas kiai Mursyid dengan bercelana jeans diiringi cewek2 cantik yang berpakaian minim, tampak seksi2 dan mulus2…. mereka ini para sales promotion girl yang didatangkan mas kiai Mursyid untuk mengisi diacara pembukaan tokonya ini.

Para tamu bertepuk tangan menyambut kedatangan mas kiai Mursyid ini, kecuali para tamu yang berkopyah dan sarungan, mereka hanya melongo dan terheran-heran melihat tingkah dan gaya mas kiai Mursyid ini, memakai jeans dan dikelilingi cewek2 cantik… dihati sebagian para penggede2 thoriqoh ini mulai timbul keraguan atas ke-mursyidan mas kiai ini, dan memang para penggede2 thoriqoh ini sebagian besar dulunya adalah murid abahnya…

Setelah acara ceremonial dimulai dan peresmian atas dibukanya toko onderdil ini sudah dilakukan tibalah waktu hiburan, music mulai mengalun lagi dan yang lebih menggeparkan, mas kiai mursyid ini tampil di panggung mini berjoget ria bersama para sales promotion girl yang berjumlah 15 orang ini...

Para penggede2 thoriqoh semakin melongo melihat kiai Mursyid mereka berjoget dan bersenda gurau dengan para sales promotion girl yang rata–rata cantik dan seksi ini, wali Paidi hanya tersenyum melihat tingkah dan gaya mas kiai Mursyid, wali Paidi melihat diantara sales promotion girl ini ada satu yang wajahnya sangat mirip dengan Mulan Jameela… wali Paidi hanya membathin.

“Ada–ada aja mas kiai Mursyid ini..”

Tiba –tiba mas kiai Mursyid ini turun dari panggung mini dan menghampiri wali Paidi, selanjutnya menggandeng tangan wali Paidi, ditarik ikut dan diajak joget diatas panggung mini dan mas kiai Mursyid ini menggandengkan wali Paidi dengan cewek yang wajahnya mirip Mulan Jameela itu.

Ketika wali Paidi memegang tangan cewek yang sangat mirip Mulan Jameela ini detak dzikir jantung wali Paidi semakin kencang, dari tangan cewek ini terdengar kalimat “yaa latief… yaa latief… yaa latief…”
Dan dari paha dan pantat sicewek keluar kalimat “yaa jamal… yaa jamal…” dari seluruh anggota badan si cewek ini mengeluarkan kalimat2 asmaul husna…

Wali Paidi seakan berjoget ditaman surga, music dan suasana berubah seperti di surga, bunga-bunga yang indah bermunculan disekitar taman harum semerbak mewangi… wali Paidi berjoget berputar-putar mengikuti alunan musik yang begitu indah….

Wali Paidi baru tersadar ketika mendengar suara mas kiai Mursyid “wes kang… ayo balik ke dunia lagi, jangan disurga terus…ini acara jualan onderdil belum selesei…hehehe…..

Bersambung...

Wali Paidi (Eps.6)

Wali Paidi menyusuri jalan, pergi tanpa arah dan tujuan, dia hanya berjalan dan berjalan, lupa akan makan dan minum, wali Paidi pingin menghindari orang2 yang mulai tahu kedudukannya, mulai banyak orang sekarang yang memanggilnya gus, memanggilnya kiai bahkan ada yang terang2an menggangilnya sang wali.

Kehidupan wali Paidi sekarang tampak ramai, ada saja orang yang memerlukan bantuannya, soal jodoh, soal penglaris dan ada juga yang hanya minta barokah do'a dan yang paling berat ada yang minta diakui murid. Wali Paidi merasa terusik, dia kepingin merasakan kehidupannya yang dulu, orang2 hanya mengenalnya sebagai penjual minyak wangi, dengan pengajar alif2an di musholla kecilnya.

Dan sekarang banyak orang yang berlomba2 pingin membangun mushollanya, Wali Paidi pingin menghindari itu semua, dia jengah akan semua pujian yang dialamatkan pada dirinya, lebih2 akan datangnya malaikat yang mengunjunginya baru2 ini.

Wali Paidi mulai memasuki hutan belantara, dia berjalan terus dan berhenti ketika dia melihat didepannya ada sungai, Dia mendekati bibir sungai, dilihatnya airnya begitu jernih, dia menunduk dan mulai membasuh tangan dan mukanya, lalu wali Paidi memperbarui wudlunya, karena wali Paidi ini diberi kemampuan oleh Allah untuk selalu dalam keadan suci (punya wudlu) atau bahasa ngaji sak paran-parannya "da'imul wudlu"

Setelah wudlu wali Paidi baru sadar kalau ada orang yang agak jauh disampingnya, orang itu sedang memancing. Wali Paidi mendekati orang itu, dia merasa orang itu bukan orang sembarangan, melihat wajah orang tersebut tiba2 saja hati wali Paidi semakin tentram, Wali Paidi mau mengucapkan salam tapi kedahuluan orang tersebut.

"Assalamu'alaikum kang Paidi " ucap orang itu.

"Wa'alaikum salam, kalau boleh tahu siapakan anda?" tanya wali Paidi keheranan.

"Untuk saat ini namaku Syukron Fahmi" jawab orang itu.

Wali Paidi terdiam, dia hanya menunduk memikirkan jawaban orang tersebut, dan tiba2 saja sikap wali Paidi berubah dengan sendirinya tanpa ia sadari, wali Paidi bersikap seakan menghadapi gurunya.

"Kang Paidi, sampeyan tidak seharusnya menghindari semua itu, pujian2 itu adalah ujian buatmu, ujian yang berupa pujian itu lebih berat dari penghinaan, Allah mau meningkatkan derajad sampeyan..." ucap orang itu.

Wali Paidi semakin menunduk, ternyata orang yang sedang memancing ini tahu akan keadaan dirinya.

"Kang paidi, dengan menghidari pujian2 itu sama saja sampeyan menafikan kekuatan Allah, karena sampeyan merasa tidak mampu, padahal Allah-lah yang memberi kekuatan" kata orang itu lagi.

Wali Paidi hanya bisa diam dan semakin menunduk, air mata mulai meleleh dari matanya.

"Ingat, la haula wala quwwata illa billah, merasa mampu dan merasa tidak mampu itu tidak boleh, itu sudah syirik khofi bagi orang setingkat sampeyan, karena Allah yang memberi kekuatan, Allah meliputi segalanya".

Wali Paidi menangis sesunggukan, dia yakin orang yang di depannya adalah Nabiyullah Khidir, dia ingin bersalaman dengan-nya untuk memastikannya, setelah menangisnya agak reda, wali Paidi mengangkat wajahnya dan mau bersalaman dengan orang itu.

Tapi orang yang mengaku bernama Syukron Fahmi sudah hilang dari hadapannya....

Setelah bertemu sosok yang mengaku bernama Syukron Fahmi, wali Paidi masih terdiam dalam duduknya, masih terngiang2 ucapan sosok misterius yang menggugah jiwanya itu.

Wali Paidi berdiri membersihkan tempat duduknya dan mulai melaksanakan sholat, setelah salam, wali Paidi berdiri lagi dan melakukan sholat lagi, begitu terus sampai malam kira2 sekitar jam 9 malam, wali Paidi berhenti dan melanjutkan dengan melakukan wirid.

Dia duduk bersila, memusatkan pikirannya, membuang jauh2 pikiran2 tentang dunia, menggerakkan hatinya untuk berdzikir sirr, dan entah berapa lama hal ini terjadi, dan kemudian wali Paidi merasakan alam disekitarnya begitu hampa, tidak ada suara, semua yang berada disekitarnya jadi hitam gelap gulita, wali Paidi seakan menjadi udara yang hampa dan bergerak mengitari alam yang hitam pekat ini.

Setelah berkeliling tampak didepannya ada dua sosok manusia yang sedang duduk seperti duduknya orang tahiat, dan berdiri disamping keduanya sosok berjubah putih yang bercahaya, lamat-lamat wali Paidi mengenali salah satu sosok yang duduk didepannya tersebut.

"Tidak salah lagi, beliau adalah Imam Ghozali Mujtahid Islam" bathin wali Paidi

Lalu wali Paidi melihat sosok baju putih itu maju kedepan dan berkata kepada sesuatu yang didepannya, sesuatu yang tidak terlihat

"Gusti... bagaimana menurut njenengan terhadap kedua kekasihmu ini Nabi Musa dan Al-Ghozali...?" tanya sosok putih itu.

Lalu ada suara yang mengatakan

"Musa dengan ijinku bisa menghidupkan orang yang telah mati, tapi aku lebih suka terhadap Al-Ghozali karena dia demgan ijinku pula bisa menghidupkan hati hamba2ku yang telah mati, banyak menghilangkan kebodohan dan membuka jalan buat hamba2ku untuk lebih mengenalku...."

Lalu ketiga sosok itu samar2 hilang dari pandangan wali Paidi.

Lalu lamat2 terdengarlah adzan subuh, sedikit demi sedikit alam mulai terlihat kembali.

Setelah sholat, wali Paidi bangkit dan kembali pulang....

Bersambung...

Wali Paidi (Eps.5)

Setelah beberapa hari bersama wali Paidi, pemuda thoriqoh ini menghadap kepada guru Mursyid-nya guna melaporkan peristiwa yang dialaminya..

Kira2 sepuluh meter dari gerbang pondok, pemuda ini sudah disambut kawannya yg juga mondok disitu dengan berkata:

“Kang... sampeyan udah ditunggu pak yai didepan mushollah pondok...”

“Lho... pak yai sudah menunggu tho...” jawab si pemuda ini.

“Iya kang... tadi kira-kira 1/5 jam yang lalu aku disuruh pak yai membuat dua kopi dan beliau berpesan, setelah membuat kopi tolong taruh di depan mushollah dan cepat2 kamu kepintu gerbang karena dulurmu akan datang...” terang kawan si pemuda.

Mereka berdua memasuki pintu gerbang pondok yang begitu kecil. Pintu gerbang pondok disini memang beda dengan pintu gerbang pondok2 lainnya, pintu gerbang disini Cuma satu daun pintunya dengan ukuran 1 meter x 2 meter terbuat dari kayu yang dilapisi seng, kalau ada orang yang tidak pernah kepondok ini pasti tidak tahu pintu gerbangnya...

Pernah dulu abahnya pak yai ini mau merenovasi pintu gerbang ini dengan membuatnya agak lebar dan diperbagus, tapi malamnya abahnya pak yai ini mimpi bertemu mbah yai yang mengatakan

“Nak... jangan dipugar pintu gerbang itu, biarlah seperti itu saja, biarlah orang mengira kalau disini tidak ada pondok..”

Setelah mimpi tersebut abah yai urung merenovasi pintu gerbang pondok, Setelah melewati pintu gerbang pondok si pemuda dan kawannya ini melihat pak yai sudah duduk sambil merokok di depan mushollah pondok dan didepannya ada dua cangkir kopi....

Si pemuda mengucapkan salam kepada pak yai:

“Assalamu ‘alaikum..”

“Wa alaikum salam” jawab pak yai

Setelah mencium tangan gurunya pemuda ini duduk di depan pak yai sedang kawannya pamit pergi tidak ikut duduk dengannya, karena yang dipanggil pak yai bukan dia...(inilah adab seorang murid)

Setelah menceritakan pengalamannya, si pemuda ini bertanya kepada guru Mursyid-nya:

“Pak yai... ketika sholat dulu, saya mendengar bacaan wali Paidi itu tidak sempurna tapi lama kelamaan suara wali paidi ini berubah menjadi sempurna dan sangat merdu... apa maksud semua itu...”

Setelah menghisap rokoknya dalam2 pak yai ini berkata:

“Kamu kan jelas pernah mendengar, kata Nabi: bau mulut orang yang berpuasa itu wangi bagaikan minyak kesturi dihadapan Allah.... ketika kamu mendengar suara kang Paidi itu menjadi merdu, sesungguhnya kuping yang kamu pakai untuk mendengar itu kupingnya gusti Allah... kalau kupingmu sendiri yang kamu pakai maka terdengar seperti itu jadi terdengar tidak sempurna menurutmu, tapi dihadapan Allah bacaan kang Paidi ini begitu merdu... begitu juga dengan bau mulut orang yang berpuasa, akan tercium sangat busuk kalau menciumnya itu dengan hidung kita sendiri...”

Pemuda ini bertanya lagi:

“Apakah kang Paidi ini juga orang thoriqoh...”

“Iya... dia murid abahku, kang Paidi ini sebelum masuk thoriqoh perilakunya sudah sangat berthoriqoh... kalau kamu melihat tingkah polahnya yang awur2an itu hanya untuk menutupi ke-sejati-an dirinya... setahu saya kang Paidi ini orang yang tidak punya su’udzon kepada orang lain, kepada siapapun orangnya baik anak kecil maupun maling, kang Paidi ini tetap husnudzon, inilah salah satu kelebihan kang Paidi..” jawab pak yai

“Tapi... mengapa bukan pak yai sendiri yang mengatakan kepada saya kalau selama ini tempat yang saya kira Makkah itu sebenarnya tempat pembuangan sampah..” tanya si murid lagi

“Hahahaha.... itu memang tugasnya kang Paidi... dan lagi, tempat pembuangan sampah itu kan dekat dengan mushollah kang Paidi... kalau aku yang menunjukkan, kamu akan bingung berada dimana, sedangkan TPA itu jauh dari sini....

****
Di tempat lain wali Paidi sedang kedatangan seorang tamu yang pingin sekali bisa berangkat haji.

“Kang... saya ingin sekali bisa berangkat haji... tolong saya dikasih amalan yang bisa membuat saya bisa berangkat haji...” pinta orang tersebut.

“Saya tidak bisa... coba sampeyan minta kepada yai yang lebih mengerti soal itu... saya ini orang bodoh..” jawab wali Paidi

“Tidak kang... saya tidak keliru karena saya bermimpi kalau sampeyanlah yang bisa menunjukkan jalan tersebut...” bantah orang tersebut.

“Baiklah... kalau sampeyan memaksa... sehabis sholat shubuh sampeyan baca surat yasin sebanyak 7x... kalau ada apa2 sampeyan kesini lagi..” jawab wali Paidi.

Setelah orang tersebut membacanya selama 1 bulan tapi tidak terjadi apa2, orang ini kembali kepada wali Paidi,

“Tidak ada apa-apa kang....” kata orang yang kepingin haji ini,

“Kalau gitu bacaan surat yasinnya ditambah surat waqiah sebanyak 7x... nanti kalau ada apa-apa sampeyan kesini lagi...” kata wali Paidi.

Setelah dibaca selama 1 bulan surat yasin dan surat waqiah ini tetap tidak mengeluarkan tanda apa-apa, akhirnya orang ini kembali lagi ke wali paidi,

“Masih belum ada tanda apa-apa kang....” kata orang yang kepingin haji,

Wali Paidi terdiam dan memejamkan matanya sebentar selanjutnya dengan mantab dia berkata kepada orang tersebut :

“Kalau begitu... tambah lagi dengan surat tanah... pasti sebentar lagi sampeyan akan berangkat haji....”

“Ha..ha..ha...” orang yang kepingin haji ini tertawa terbahak bahak mendengar jawaban wali Paidi....“

“Anu kang... katanya para kiai... haji itu tidak hanya ibadah ruhani saja tapi juga ibadah jasadi terutama ibadah dengan bondo atau duit....” jawab wali Paidi dengan mimik serius tapi terlihat lucu.

Bersambung....

Wali Paidi (Eps.4)

Sesampainya dirumah sehabis dari gunung arjuna, wali Paidi menjalankan aktifitas sebagaimana biasanya. Tiap pagi wali Paidi pergi kepasar berjualan minyak wangi, orang2 dipasar dan dirumahnya biasa memangilnya kang Paidi tukang minyak. Sekitar jam 1 siang wali Paidi ini menutup tokonya dan pulang, setelah sholat ashar sehabis istirahat siang wali Paidi mengajari anak2 kecil dilanggarnya belajar membaca alQur'an sampai waktu magrib.

Dulu dilanggar wali Paidi yang sederhana ini ramai sekali dipenuhi anak2 kecil yang belajar mengaji, tapi setelah ada sistem iqro' dan qira'ati, langgar wali Paidi ini sepi, anak2 pada pindah ke TPQ2 yang memang banyak tersebar dikampungnya ini.

Wali Paidi sebenarnya juga ikut pelatihan metode iqro maupun qiroati yang diwajibkan kepada seluruh guru TPQ guna mendapatkan syahadah (semacam ijazah), tapi wali Paidi tidak lulus dalam pelatihan ini karena seringnya wali Paidi merokok dan bawa kopi didalam kelas.

Jadinya di langgar wali Paidi ini metode yang digunakan tetap memakai metode lama yaitu metode bagdadi, karena bagi guru TPQ yang tida punya syahadah tidak boleh mengajar dengan memakai metode iqro maupun qiroati dan lama kelamaan murid2 wali paidi habis tinggal 5 anak saja yang tetap mengaji di langgarnya wali Paidi.

Orang tua dari kelima murid wali Paidi ini tetap mempercayakan anaknya ke wali Paidi ini disebabkan masalah ekonomi, mereka adalah orang2 miskin yang tidak mampu membelikan seragam TPQ dan buku terhadap anak mereka, daripada tidak mengaji mereka tetap menitipkan anak2nya kepada wali Paidi, karena dilanggar wali Paidi ini tidak ada tarikan uang, mereka bebas dari biaya apapun, malah mereka sering dikasih uang jajan oleh wali Paidi ini.

Menjelang magrib datanglah seorang pemuda yang kira2 berumur 35 tahun mencari wali Paidi, pemuda ini adalah seorang murid thoriqoh yang disuruh gurunya mencari wali Paidi.

"Nak carilah kiai didaerah ini namanya Ali Firdaus, tapi orang2 dikampungnya biasa memanggil dengan sebutan Paidi (orang yang memberi faedah), umurnya kira2 seumuran dengan-mu, dan hanya beliau satu2nya yang bernama Paidi dikampung itu, kalau kamu ketemu dengannya sampaikan salamku dan mintalah nasehat padanya" begitulah yang dikatakan guru pemuda ini kepadanya waktu itu.

Pemuda ini disuruh mencari wali Paidi karena seringnya pemuda ini mengalami hal2 aneh, seperti ketika sholat, tiba2 ia sudah berada di Makkah dan sholat dihadapan Ka'bah, dan banyak orang yang melihatnya sholat diatas daun padahal dia ada dirumah, pemuda ini akhirnya sowan kepada gurunya dan melaporkan semua kejadian yang dialaminya, dan disuruh mencari kiai Ali atau kiai Paidi. Sesampai dikampung yang dimaksud, pemuda ini bertanya2 kepada orang2 dimanakah rumah kiai Paidi.

"Disini tidak ada yang namanya kiai Paidi, yang ada kang Paidi seorang penjual minyak wangi.." begitu jawab orang kampung ketika ditanya pemuda ini.

"Baiklah, dimana rumah kang Paidi penjual minyak wangi itu?" tanya pemuda ini, pemuda ini yakin bahwa kang Paidi itulah kiai Paidi yang dicarinya karena gurunya juga bilang bahwa nama Paidi hanya satu2nya orang dikampung ini.

Pas waktu magrib pemuda ini sampai dirumah wali Paidi, pemuda ini bertanya kepada seorang wanita yang berada didepan rumah wali Paidi
"Apakah benar ini rumah kang Paidi penjual minyak wangi?"

"Benar nak, dia ada dilanggar itu, sedang ngimami sholat magrib" jawab wanita itu sambil menunjukkan langgar yang berada disebelah rumah wali Paidi.

"Terima kasih bu.." jawab pemuda ini sambil menuju ke langgar guna sholat magrib dan sekalian sowan kepada kiai Paidi.

Sehabis wudlu pemuda ini masuk kelanggar sholat berjamaah bersama yang lain, dilihatnya yang sholat dilanggar ini cuma 3 orang, dia berdiri disamping mereka, ketika pemuda ini mendengar surat alfatihah yang dibaca wali Paidi, hati pemuda ini menjadi galau karena wali Paidi ini ketika membaca huruf "ain" menjadi "ngg", robbil 'alamin menjadi robbil ngalamin.....

"Gimana mau khusu' dan diterima sholatnya wong bacanya aja udah keliru, apakah tidak salah gurunya menyuruhnya sowan kepadanya" gumam pemuda ini dalam hati..

Setelah salam dan melakukan wirid seperti biasa pada umumnya wali Paidi ini melanjutkan dengan sholat sunnah dan sehabis sholat sunnah wali Paidi ini keluar dari langgar dan duduk2 diteras sambil merokok...

Pemuda ini menghadap kepada wali Paidi,
"Assalamu'aaikum..." salam pemuda ini.

"Wa ngalaikum salam..." jawab wali Paidi sambil tersenyum.

Setelah menyampaikan salam gurunya kepada kiai Paidi, pemuda ini menceritakan maksud kedatangannya dan menceritakan hal2 aneh yang dialaminya kepada wali Paidi.

"Hmm...saya juga heran, kok kamu sampai bisa seperti itu yah... mengalami hal2 yang menakjubkan padahal sholat kamu tadi aja masih sibuk ngurusi tajwid dari pada ingat kepada Allah..." kata wali Paidi kepada pemuda ini.

Seketika pucatlah wajah pemuda ini, dan dalam hati pemuda ini berkata:
"Masya Allah... ternyata gurunya tidak salah mengenai kiai muda ini"
pemuda ini semakin menundukkan kepalanya dihadapan wali Paidi ini...

Pemuda santri thoriqot ini hanya diam, tidak berani berkata banyak didepan wali Paidi, suasana jadi hening, hanya terdengar suara wali Paidi yang menghisap rokoknya,

“monggo kopine kang, dan ini rokoknya “wali paidi menawarkan kopi dan rokok dji sam soenya
“iya terimakasih...” setelah menyeruput kopinya pemuda ini mengeluarkan rokoknya dan menyalakannya.

“gimana khabarnya mas kiai Mursyid “ tanya wali Paidi

“alhamdulillah baik-baik saja “jawab pemuda ini.

“nanti sehabis sholat isya’ kamu dzikir aja dimusholla sini, kalau nanti kamu tiba2 berada di tempat yang asing , kamu baca la haula wala quwwata illa billah 3x“ pesan wali paidi.

“Iya, mas Paidi “jawab pemuda ini.

Tidak lama kemudian terdengar suara adzan berkumandang, menunjukkan kalau waktu sholat isya’ telah tiba, tampak 3 orang yang tadi sholat magrib telah datang, setelah berwudlu mereka bertiga masuk ke musholla menunggu wali Paidi.

Wali Paidi berdiri masuk kedalam musholla dan mempersilahkan pemuda thoriqot ini untuk ngimami sholat isya’, tapi pemuda ini tidak mau, Wali Paidi akhirnya maju dan dimulailah sholat isya’ berjamaah.

Pemuda thorqot ini sholat tepat dibelakang wali Paidi, jadi pemuda ini dapat mendengar dengan jelas suara wali Paidi, tapi pemuda ini tidak mau mengulangi kesalahnnya diwaktu sholat magrib tadi, sambil membaca fatihah pemuda ini mulai mengajak hatinya berdzikir Allah...Allah...Allah...

Pemuda ini mulai merasakan ketenangan dalam sholatnya, suara hiruk pikuk disekitar musholla mulai hilang, suasana menjadi hening yang terdengar hanya suara wali Paidi dan suara hatinya yang berdzikir, lama kelamaan suara wali Paidi yang tadinya cemplang dan terdengar tidak bertajwid, berubah menjadi sangat merdu dan sangat fasih, suara dan bacaan wali Paidi bagaikan suara dan bacaan imam masjidil haram.

Setelah mendengar salam barulah pemuda ini seakan tersadar kembali lagi kedunia. Setelah membaca wirid seperti pada umumnya wali Paidi mundur, melaksanakan sholat sunnah dua rokaat, setelah sholat wali Paidi mendekati pemuda thoriqot ini.

“Sampeyan disini aja, dan mulailah berdzikir seperti yang sampeyan lakukan“ kata wali Paidi

“Iya mas Paidi“ jawab pemuda ini singkat

“Ingat pesan saya tadi“ kata wali Paidi lagi

Pemuda ini menggangguk, setelah ke tiga orang yang ikut jamaah tadi keluar, wali Paidi berdiri mematikan lampu musholla dan ikut keluar. Tinggallah pemuda ini sendirian didalam musholla.

Pemuda thoriqot ini lalu duduk bersila, dan memulai membaca fatihah, tawasul kepada kanjeng Nabi Muhammad dan diteruskan tawasul kepada guru2nya, setelahnya barulah pemuda ini mulai membaca wirid yang selama ini selalu istiqomah ia baca, lama kelamaan suasana mulai berubah, angin yang tadinya menghembus sepoi2 berubah menjadi kencang, benda-benda yang berada didalam musholla mulai hilang satu persatu, bahkan dirinya juga terasa ikut hilang, beriringan dengan hilangnya tubuh pemuda ini, tampak dipengimaman ada cahaya putih yang kecil, hanya cahaya ini yang tampak karena semuanya telah hilang dalam pandangan mata pemuda ini, dan dengan sayup2 mulailah terdengar suara orang yang berlalu-lalang membaca ta’bir dan tahmid, cahaya yang tadinya kecil mulai membesar dan teranglah seluruhnya, dan tampaklah dengan jelas didepan pemuda ini bangunan segi empat yang tertutup kain hitam yang disekelilingnya terlihat banyak orang yang berjalan mengitarinya.

Masya Allah ternyata pemuda ini telah berada di Makkah, didalam masjidil haram. Pemuda ini membathin, benarkah aku ini sekarang berada di masijidil haram, timbul keraguan didalam hati pemuda ini, dengan perlahan dia meletakkan tangannya di atas marmer masjid, ada sesuatu yang hangat yang mengalir ketangannya,

“Ini marmer sungguhan “bathin pemuda ini lagi.

Lalu pemuda ini berdiri melihat lalu lalang orang2 yang sedang ber-thowaf, ratusan ribu orang berjubel jadi satu dengan pakaian putih saling bersahutan memuji Allah, pemuda ini lalu teringat dengan pesan wali Paidi, kemudian duduklah pemuda ini dan mulai membaca
la haula wala quwwata illa billah” 

Ketika bacaannya sampai ke bacaan yang ketiga, datanglah angin yang sangat kencang, bumi Makkah serasa bergoncang, seakan kena gempa, dan tampa bisa dicegah tubuh pemuda thoriqot ini terguling-guling, suasana menjadi gelap, tubuhnya baru terhenti ketika menabrak sesuatu.
Berangsur angsur suasana menjadi tenang kembali, pemuda ini mulai membuka matanya.

Betapa kaget dirinya, ternyata dia sekarang berada diatas tumpukkan sampah, tempat yang tadinya dikira masjidil haram ternyata Tempat Pembuangan Sampah.....

Bersambung.....

Wali Paidi (Eps.3)

Setelah beberapa hari di Indonesia wali Paidi ini berencana melakukan suluk nyepi ke gua di gunung arjuna sesuai perintah sang sulthonul Aulia...
wali Paidi mulai berkemas untuk berangkat ke gunung arjuna
Ber pres2 rokok sudah disiapkan mulai dji sam soe, gudang garam dan djarum sudah lengkap, tidak ketinggalan kopi satu blek juga dibawanya.

Setelah sampai di kaki gunung arjuna wali Paidi mulai mendaki mencari gua yg di maksud oleh sang sulthonul Aulia, pada hari ketujuh sejak pendakian wali Paidi akhirnya menemukan gua tersebut.
Gua itu dibagian mulutnya kecil tertutup ilalang tapi bagian dalamnya luas, dipojok kiri ada sumber mata air dan di pojok kanan ada batu yang menyerupai meja yang kemungkinan oleh yang punya gua ini dulu dipakai untuk sholat.

Wali Paidi menaruh barang bawaannya di sebelah batu yang mirip meja tersebut, dan pergi menuju ke mata air untuk mandi dan berwudlu. Ketika mandi, hati wali Paidi ini dengan sendirinya berzikir dengan cepat dan otomatis, pengetahuan ruhani wali Paidi semakin bertambah, hatinya berbunga2 tanpa dapat ia cegah, Nur Bashirohnya semakin terang benderang.  Setelah berwudlu wali Paidi ini melakukan sholat di atas batu yang mirip meja itu, beratus-ratus rokaat tanpa terasa telah berlalu dan wali Paidi baru sadar ketika terdengar ayam berkokok.

Wali paidi turun dari batu menuju tempat perbekalannya untuk membuat kopi dan duduk santai sambil merokok. Panci sudah dikeluarkan dan rokok dji sam soe reefil sudah disiapkan, tapi alangkah kagetnya wali Paidi ini ketika mencari korek tidak ada, ia keluarkan semua isi tasnya tapi tetap aja korek tidak ditemukan.

''Wadoh ciloko iki,'' wali Paidi bergumam sendiri.

Dia melihat kopi satu blek yang aromanya begitu harum dan berpre-pres rokok berbagai merk tergeletak disamping kopi.

''wes..wes..muspro kabeh iki, kok bisa koreknya gak kebawa..'' kata wali Paidi mulai kesal.

Satu dua hari dilalui wali Paidi ini tanpa kopi dan rokok dan pada hari yang ketiga wali Paidi mulai tidak tahan, hatinya semeblak ketika melihat kopi dan rokok yang terkulai tak berguna..

Wali Paidi mulai membaca hizb, semua hizb ia kerahkan dan setelah membaca asyfa' 3x wali Paidi ini mengusapkan telapak tangannya pada matanya dan byarr... ..!!

Seluruh alam jin dan mahluk halus lainnya tampak sangat jelas terlihat wali Paidi. Segerombolan jin diluar gua sebelah kiri. Kira-kira 10 meter dari mulut gua, wali Paidi mendatangi bangsa jin yang terdekat dengan gua tersebut, gerombolan jin yang melihat wali Paidi datang, tampak ketakutan.

''Ada yg pny korek api?'' tanya wali Paidi kepada bangsa jin.
''Kami gak punya'' jawab mereka.

Wali Paidi lansung mengobrak-abrik tempat para jin tersebut, para jin lari tunggang langgang dan banyak sekali yang terluka. Selanjutnya setiap tempat yang ada jinnya didatangi oleh wali Paidi ini dan kalau ditanya jawabannya gak punya korek api maka wali Paidi ini lansung mengobrak-abrik tempat tersebut.

Gemparlah seluruh bangsa jin digunung arjuna melihat sepak terjang wali Paidi ini, seluruh desa dan kota dari kerajaan jin digunung arjuna ini telah di obrak-abrik oleh wali Paidi. Nama wali Paidi menjadi terkenal menjadi momok yg menakutkan dikalangan bangsa jin.

Dan akhirnya tibalah wali Paidi ini dipusat kerajaan bangsa jin, ketika sampai di gerbang kerajaan wali Paidi disambut oleh 2 prajurit yang memang oleh raja mereka diperintahkan untuk menyambut wali Paidi dan mengantarkan kepadanya.
Tampak wajah2 yang ketakutan diwajah prajurit jin ini melihat wali Paidi. Dengan suara tergagap-gagap prajurit ini mempersilahkan kepada wali Paidi untuk masuk istana dan menemui raja mereka.

Dalam istana raja jin yg bernama Ismoyo ini sudah menunggu kedatangan wali Paidi. Setelah wali Paidi masuk istana, raja Ismoyo ini lansung turun dari singgasananya menyambut lansung wali Paidi dan mempersilahkan wali Paidi untuk duduk di sampingnya.

Dengan agak takut raja Ismoyo ini bertanya: ''Hamba dengar tuan wali telah membuat geger kerajaan hamba, tuan telah mengobrak-abrik seluruh wilayah kerajaan tanpa ada yang sanggup melawan tuan, apakah gerangan yang tuan cari, sehingga tuan murka begini, mungkin hamba bisa membantu,''

Wali paidi menjawab: ''aku mencari korek, apakah anda punya?,''

Seluruh prajurit tegang menunggu jawaban raja mereka, senjata pedang dan tombak sudah mereka pegang dengan erat bersiap kalau2 ada hal2 yang tidak di inginkan.

Keringat yang berbau kemenyan keluar dari pori2 para prajurit raja jin, yakni raja Ismoyo, suasana tegang masih sangat terasa. Saking tegangnya ada perajurit yang terkencing2 di celana... hehehe

"Tuan wali, buat apakah korek tersebut kalau hamba boleh tahu?" tanya raja Ismoyo

"Buat menyalakan ini dan membuat ini" jawab wali paidi sambil menunjukkan rokok dan kopinya.

"Hanya untuk itu ..?" tanya raja Ismoyo heran

"Ya ..hanya untuk ini " jawab wali Paidi singkat.

Raja Ismoyo membathin dalam hati, wali ini aneh, masak hanya gara2 pingin ngerokok dan ngopi aja dia telah menghacurkan kerajaanku, dasar wali semprul....!

"Eeitt...namaku Paidi bukan semprul " sahut wali Paidi.

"Ah..maaf tuan, ternyata tuan bisa membaca isi hati hamba" raja Ismoyo mulai takut dan heran.

"Trus... gimana sampeyan punya korek apa tidak?" tanya wali paidi lagi.

"Kalau hanya untuk menyalakan itu, pakai ini aja tuan" jawab raja Ismoyo sambil menjulurkan jari telunjuknya yang tiba2 bisa mengeluarkan api.

"Masya Allah... kalian kan memang terbuat dari api, maaf baru ingat hehehe" jawab wali Paidi sambil cengengesan.

Wali Paidi mendekati raja Ismoyo, mengeluarkan sebatang rokok dji sam soe refillnya dan mulai menghisap rokoknya.

"Hu...Allah...hu...Allah.." begitulah yang terdengar ktk wali paidi merokok.

Selanjutnya raja Ismoyo memanggil panglimanya dan berkata kepadanya:
"Buat kan kopi buat tuan wali" perintah raja Ismoyo sambil mengambil kopi dari wali Paidi dan menyerahkan kepada panglimanya.

"Jangan manis manis..ya.." wali Paidi berpesan.

Kerajaan raja Ismoyo ini terkenal angker dan ditakuti bangsa jin dan manusia sekarang berubah bagaikan warung kopi pinggir jalan gara2 wali Paidi.

"Sampeyan tidak merokok..." tanya wali Paidi.
"Tidak.." jawab sang raja
"Apakah sampeyan jin muhammadiyyah?" tanya wali Paidi lagi
"Saya tidak mengerti maksud tuan" jawab raja Ismoyo heran
"Maaf, agama sampeyan apa?" tanya wali Paidi
"Saya tidak beragama" jawab raja Ismoyo
"Oh..begitu.." gumam wali Paidi

Keduanya lalu terdiam agak lama
"Maaf tuan, wirid apa yang tuan baca, sehingga tuan tidak bisa dikalahkan oleh para prajurit saya" tanya raja Ismoyo penasaran.

"Hizb dan Sholawat" jawab wali Paidi
"Maukah tuan mengajarkan kepada saya?" pinta raja Ismoyo.
"Ya...boleh, tapi sampeyan harus masuk islam dulu" jawab wali Paidi

Lalu raja Ismoyo memanggil panglimanya, memerintahkan kepadanya untuk mengumpulkan seluruh rakyat dan semua prajuritnya, dalam sekejab balai agung istana ramai dipenuhi prajurit dan rakyat, bahkan sampai meluber keluar istana, selanjutnya raja Ismoyo bersimpuh dikaki wali Paidi diikuti seluruh rakyatnya.

"Kami dg suka rela siap masuk islam, mengikuti agama tuan" kata raja Ismoyo kepada wali Paidi

"Baiklah....ikuti apa yang aku ucapkan..." kata wali Paidi

Dengan suara yang sangat berwibawa wali Paidi mengucapkan dua kalimat syahadat diikuti seluruh bangsa jin kerajaan raja Ismoyo. Ucapan syahadat para bangsa jin ini menggema keseluruh gunung arjuna bahkan seluruh hewan digunung arjuna berhenti sejenak. Tidak ada yang bersuara untuk mendengarkan ucapan syahadat ini.

Setelah mengucapkan dua kalimat syahadat wali Paidi mengajarkan pada mereka apa itu islam dan menjabarkan arti iman secara singkat.

Selanjutnya wali paidi tinggal diistana raja Ismoyo guna mengajari mereka cara sholat, cara berdzikir dan lain sebagainya.

Setelah beberapa minggu tinggal diistana, wali Paidi akhirnya mohon pamit kepada raja Ismoyo.

"Kami masih butuh pencerahan dari tuan, sudilah kiranya tuan tetap disini beberapa hari lagi?" pinta raja ismoyo kepada wali Paidi

"Jangan kuatir, kelak aku akan datang lagi kemari" kata wali Paidi dan dengan tersenyum wali Paidi mendekati raja Ismoyo dan memegang dada raja Ismoyo, sambil berkata:
"Ajaklah hatimu untuk dzikir terus menerus, ucapkan Allah...Allah....secara berkesinambungan, dalam keadaan apapun teruslah berdzikir, dan berusahalah selalu dalam keadaan punya wudlu, andai Allah mencabut nyawamu, kamu dalam keadaan suci..."

"Terima kasih tuan, pesan tuan akan kami laksanakan.." jawab raja Ismoyo dengan ta'dzim.

"Kalo hatimu sudah bisa berdzikir, maka Allah sendiri yang akan membibingmu..." kata wali Paidi.

"Apakah kami akan menjadi wali kalau hati kami sudah bisa berdzikir sendiri?" tanya raja Ismoyo

"ha..ha...ha.... jangan sekali2 punya niat pingin menjadi wali, krn keinginan itu termasuk nafsu, berdzikirlah karena Allah, jangan ada niatan yang lain" jelas wali Paidi.

Setelah menghisap rokoknya wali Paidi berkata lagi:
"Allah menjadikan manusia pemimpin dimuka bumi ini, dan mengangkat para walinya dari kalangan manusia " jelas wali Paidi lagi.

"Oh begitu... kalau Allah menghendaki begitu kami sangat ridlo dengan keputusan Allah tersebut," jawab raja Ismoyo maggut2.

"Kalau boleh tahu tuan ini wali yang bagaimana?" tanya raja Ismoyo selanjutnya

"Hmm...aku adalah wali abdal, wali pengganti, kalo istilah dalam sepak bola sebagai pemain cadangan, wali tingkat rendah, aku dulu hny seorang abdi seorang kiai, tugasku hanya menyiapkan rokok dan kopi, setelah kiai saya meninggal akulah yang dipilih Allah sebagai gantinya" terang wali Paidi.

"Jadi wali itu jumlahnya tetap sama dr dulu sampai sekarang?" tanya raja Ismoyo dengan bersemangat.

"Iya, jumlahnya wali diseluruh dunia tetap sama, karena setiap yang meninggal pasti ada gantinya, biarpun kamu tidak ada hak untuk menjadi wali kamu harus tetap semangat, karena dimata Allah derajad seseorang itu dilihat dari ketaqwaannya, wali itu hanya title yang diberikan Allah buat para wakil2nya dimuka bumi, guna untuk mengatur dan menata manusia dan wali dipilih dari para hamba yang dikehendakiNya, bukan karena ibadahnya bukan karena dzikirnya tapi karena  kehendak Allah.

Jadi salah besar kalau ada orang yang pingin atau mempunyai cita2 menjadi wali..." jawab wali Paidi.

Terimakasih tuan...mudah2an apa yang tuan ajarkan kepada kami menjadi ilmu yang manfaat" ucap raja Ismoyo.

Akhirnya wali Paidi pamit dan meninggalkan gunung arjuna diiringi raja Ismoyo dan seluruh rakyatnya....

Setelah wali Paidi sudah tidak tampak raja ismoyo dg suara yg lantang berkata kepada rakyatnya.
"Rakyatku semuanya.... nanti atau kapanpun, kalau ada orang yang ke gunung arjuna ini berbekal rokok dan kopi, jangan sampai diganggu, jagalah mereka sampai mereka meninggalkan gunung arjuna ini, demi menghormati guru kita wali Paidi"

"Titah paduka akan kami laksanakan..." jawab mereka serempak.

Bersambung...

Monday, June 05, 2017

Wali Paidi (Eps.2)

Wali Paidi membuka matanya kembali, dan betapa kagetnya wali Paidi ketika membuka matanya tampak disekelilingnya banyak orang berlarian dengan memakai baju gamis selutut dan memakai surban, tampak ditangan mereka senjata AK 47, terdengar suara bising peluru berseliweran...

“Aduh... kesasar lagi aku ini, tadi kesasar kekutub selatan, sekarang kesasar lagi ke Afghanistan, wes-wes kok gak kesasar ke hollywood saja...” Wali Paidi mengamati salah satu pasukan yang semuanya berjenggot panjang, wali Paidi tersenyum sendiri melihat jenggot mereka, memang dinegara yang dikuasai Taliban ini bukan operasi helm yg dilakukan disana tapi operasi jenggot, kalau ada laki-laki yg tidak berjenggot maka kena tilang.

Wali Paidi berdiri berjalan mencari ketempat yang sepi. Wali Paidi tidak suka dengan peperangan, wali Paidi memutuskan untuk langsung pergi saja, setelah menemukan tempat yang sepi wali Paidi mulai merapal do’a-do’a ilmu melipat buminya lagi.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajahnya, wali Paidi membathin mudah-mudahan tidak kesasar lagi. Wali Paidi membuka matanya perlahan-lahan tampak didepannya rumah yang terbuat dari kayu, persis rumah para transmigrasi diluar pulau jawa, tidak lama kemudian keluarlah seorang tua berpeci putih dengan baju taqwa dan bersarung melambaikan tangannya memanggil wali Paidi.

Wali Paidi teringat dengan orang tua ini, beliau adalah habib Ali AlHabsyi pahat Malaysia, yg kemarin juga ikut pertemuan di Makkah. “Masya Allah ternyata aku masih kesasar lagi“ bathin wali Paidi.

Wali Paidi melangkahkan kakinya mendekati habib ali alhabsyi, wali Paidi teringat beberapa tahun yang lalu ketika sayyid Maliki dari Makkah mau berkunjung ke ndalemnya habib Ali ini, di dalam perjalanan sayyid Maliki ini tiba-tiba merasakan kangen yang amat sangat terhadap datuknya baginda Nabi Muhammad SAW.

Setelah sampai didepan ndalem habib Ali, habib Ali hanya menyuruh masuk sayyid Maliki, sedang rombongan yang lain disuruh menunggu diluar, beberapa menit kemudian sayyid Maliki keluar dengan beruraikan air mata, sayyid Maliki menangis tersedu-sedu: “sudah terobati kangenku...”ucap sayyid Maliki dengan masih menangis.

Ternyata ketika sayyid Maliki masuk ke ndalemnya habib Ali, sayyid maliki dipertemukan oleh habib Ali dengan baginda Nabi Muhammad Shollallohu 'alaihi Wasallam, Subhanallah.....
“mari masuk nak, jangan melamun saja“ ucap habib Ali
“inggih mbah...” jawab wali Paidi, lalu melangkah mendekati habib Ali.
Setelah mencium tangan beliau, wali Paidi masuk ke ndalem.

“Kamu memang gak bakat dengan ilmu melipat bumi itu nak Paidi, jadi nanti gak usah dicoba lagi, kamu naik pesawat saja dari sini ke indonesia“ kata habib Ali
“inggih mbah“ jawab wali Paidi
“siapa tahu nanti ketika kamu naik pesawat, kamu bertemu dengan Mulan Jameela yg kamu gandrungi itu" goda habib Ali
“hahaha....”wali Paidi hanya bisa tertawa mendengar godaan habib Ali ini.

Setelah makan bersama, wali Paidi pamit pulang, habib Ali menepuk-nepuk pundak wali Paidi mengantarkannya keluar dari ndalem.
“ingat perintah sang sultan nak Paidi, setelah sampai ke rumah segeralah ke gunung arjuna untuk kholwat disana...”
“inggih mbah“ jawab wali Paidi

Setelah mencium tangan habib Ali, wali Paidi beranjak pergi ke bandara, naik pesawat pulang ke Indonesia.

Bersambung ke kisah selanjutnya, wali Paidi di gunung arjuna.....

Sunday, June 04, 2017

Wali Paidi (Eps.1)

Setiap tgl 10 arofah ada perkumpulan 40 wali diatas gunung di daerah Makkah, 40 wali ini tersebar dari seluruh pelosok dunia, dan setiap tahun mereka berkumpul di atas bukit di daerah Makkah ini (maaf tempat dirahasiakan) yg datang ada yg terbang, ada yg naik sajadah seperti aladin, ada yg muncul dari bumi, ada yg naik burung, ada yg cling tahu2 sudah ditempat.

Acara tahunan ini (semacam reuni) di pimpin lansung oleh king of the king sulthonul aulia (gak pake pohan) rajanya para wali yg setiap masa hanya satu orang di JAGAD SELURUH ALAM SEMESTA ini.

Dari atas bukit mulai terdengar dentuman2 lantunan dzikir yang terpancar dari hati mereka, diatas bukit para malaikat berwujud awan ikut menyemarakkan acara reuni tahunan ini dengan hembusan angin yang sepoi2 berlantunkan takbir, tahmid dan tahlil.

Tampak dikejauhan dibawah bukit ada orang yang tidak terlalu tua tampak tertatih2 dan sangat kesulitan mencoba menaiki bukit, berbeda dengan wali2 yang datang sebelumnya, seorang tua ini tampak sangat kesulitan menaiki bukit dengan tongkatnya dia berusaha melewati bebatuan yang terjal dan berliku, kadang dia berhenti sebentar untuk mengatur pernafasannya lalu melanjutkkan perjalanan menaiki bukit lagi.

Setelah sampai dipuncak tampak jelaslah orang ini, gemuruh nafasnya masih tampak tersenggal2 kecapekan, pakaiannya biasa, jubah putihnya agak kecoklatan dan sedikit kotor. Walaupun kelelahan tapi wajahnya nampak selalu tersenyum, dari raut wajahnya bisa tercermin bahwa orang ini tidak pernah meremehkan orang lain, tawadhu dan sopan...

Para wali menghentikan aktifitasnya setelah melihat kedatangan orang tua ini, suasana tiba2 hening, satu persatu para wali menyalami orang ini dengan penuh hormat dan takdzim...
''ahlan wa sahlan ya habiballah ya sulthanul aulia...'' ucap mereka

Eh... ternyata orang yang tampak biasa sekali ini adalah rajanya para wali, keramatnya dan kesaktiannya se-akan tidak ada sama sekali....

''Tolong panggilkan Paidi arek indonesia itu suruh kesini...'' ucap sang sultonul aulia kepada para wali.

Disela2 kerumunan para wali muncullah seorang pemuda dengan jas layaknya tentara dan peci hitam yang agak tinggi, dari wajahnya terlihat kalo Paidi ini pemuda yang kocak, dengan wajah cengar-cengir pemuda ini mendekati sang sultan aulia dan mencium tangannya.

Setelah wali Paidi ini menghadap, sang sulthon ini berkata kepadanya: ''Di... Paidi sini aku minta rokoknya dan tolong sekalian masak air buatkan kopi..''
hehehe...ternyata wali yg kemana2 bawa rokok dan kopi hanya wali dari Indonesia..

Sehabis dari pertemuan di Makkah, wali Paidi kembali lagi ke Indonesia. Wali Paidi pingin mencoba ilmu yang baru saja didapat dari temannya wali dari India, Naseer Khan yaitu ilmu melipat bumi. Teman wali Paidi ini memang terkenal sakti, seluruh biksu di India tidak dapat menandingi kesaktiannya, bahkan biksu dari Tibet banyak yang masuk islam, setelah kalah bertarung dengan Naseer Khan ini.

Ketika berangkat ke Makkah wali Paidi “nunut” temannya dari India ini, wali Paidi hanya disuruh menggandeng tangannya lalu tiba-tiba saja cling wali Paidi dan temannya Naseer Khan sudah berada di Makkah diatas bukit tempat pertemuan. Dan karena kasihan wali Naseer Khan ini meng-ijazahkan ilmu melipat bumi kepada wali Paidi, supaya diacara pertemuan-pertemuan yang akan datang wali Paidi tidak repot mencari tunutan lagi.

Wali Paidi memejamkan matanya dan mulutnya mulai berkomat-kamit membaca doa-doa khusus, tiba-tiba tubuh wali Paidi terasa dingin, bumi yang didudukinya terasa seperti es. Wali Paidi membuka matanya tampak didepannya bukit yang tertutup es, dia melihat kebawah, bumi yang didudukinya juga terbuat dari es. “Dimanakah aku ini?“ bathin wali Paidi.

Wali Paidi berdiri, melihat sekelilingnya, semuanya tampak putih tertutup salju. wali Paidi berjalan mengitari tempat yg belum pernah dilihat selama hidupnya, sepi tiada orang sama sekali. Lamat-lamat wali Paidi mendengar ada orang yg bersenandung membaca sholawat, wali Paidi dengan langkah perlahan-lahan mengikuti asal suara senandung sholawat tersebut, dan tampaklah didepannya beruang besar putih, membungkuk ditepi sungai mencari makanan ikan segar.

Masya Allah ternyata yang bersenandung itu bukan manusia tapi beruang putih ini. Wali Paidi berhenti, beruang putih itu menoleh kepada wali Paidi dan berkata kepadanya “assalamu’alaikum“ ucap beruang itu “wa'alaikumussalam“ jawab wali Paidi dengan perasaan kaget dan heran. “Kamu wali paidi ya, aku tadi dapat kabar kalau nanti ada orang yang kesasar kesini, namanya wali Paidi, “ucap beruang itu.

Setelah memakan ikan yang baru didapatnya, beruang putih itu melanjutkan berkata lagi “Kamu jangan kuatir memang sudah biasa orang belajar itu tidak bisa langsung menguasai ilmu yang baru didapatnya, cobalah sekali lagi” kata beruang tersebut lalu pergi meninggalkan wali Paidi.

Wali Paidi diam seribu bahasa, wali Paidi mendongak ke atas melihat posisi matahari, ternyata dia kesasar ke kutub selatan, dan bertemu beruang putih yang bisa bicara.

Setelah sholat sunnah dua rokaat, wali Paidi mulai merapal doanya kembali dan cling.......

Bersambung

Wali Paidi (Eps.12)

Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...