Sebuah karya akan menjadi bernilai, manakala bisa membawa manfaat bagi orang lain, dan hendaknya setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. (QS.59:18)
Banner
Tuesday, May 30, 2006
Karunia Hidayah, Karunia Terindah
Ada seorang wanita yang belum lama masuk Islam (mualaf). Ternyata, keluarganya tidak bisa menerima kenyataan ini. Ibunya pun mengusir ia dari rumah. Kejadian itu terjadi menjelang jam lima sore. Telepon berdering, suara di ujung telepon bicara dengan terbata-bata, "Aa, Aa tolong A tolong!". Belum selesai bicara hubungan telepon terputus. Dari nadanya kelihatan darurat, sehingga jelas-jelas si penelpon sedang dalam kondisi membutuhkan bantuan. Sayangnya tidak diketahui di mana menelponnya? Keadaannya bagaimana?
Usai telepon terputus, saya berpikir apa yang bisa dilakukan? Yang terbayang di benak saat itu ia sedang dianiaya, teleponnya direbut atau kabelnya diputuskan. Mungkin pula ia dipaksa kembali masuk agama semula. Tapi sejenak kemudian ingat pula akan Kemahakuasaan Allah bahwa hanya dengan karunia-Nya saja hidayah bisa sampai kepada anak itu.
Bila Allah telah menghunjamkan hidayah di dalam kalbu, maka tak seorang pun mampu mengambilnya kembali. Bilal bin Rabbah contohnya. Ia dijemur diterik matahari, di bawahnya beralas pasir membara, badan pun dihimpit batu yang berat, tapi bibirnya terus mengucap, "Ahad, Ahad, Ahad".
Begitu pun dengan wanita tadi, setelah teleponnya diputus oleh ibunya, ternyata ia dianiaya, dijambak, dan dirobek-robek jilbabnya. Hanya kemudian dengan izin Allah, dia dapat kembali menutup auratnya dan dengan hati pilu ia ikut bersama bibinya. Allah-lah yang berkuasa melepaskan siapa pun dari kesempitan.
Cahaya terang hidayahSaudaraku, setiap orang hanya akan menjaga sesuatu yang dianggapnya berharga dan membuang sesuatu yang dianggapnya tidak berharga. Semakin berharga sesuatu, semakin keras pula ia menjaganya. Ada yang sibuk menjaga harta karena ia menganggap harta itulah yang paling bernilai. Ada yang sibuk menjaga wajahnya agar tetap awet muda, karena awet muda itulah yang dianggapnya paling bernilai. Ada juga yang mati-matian menjaga kedudukannya, karena kedudukan itulah yang dianggap paling berharga olehnya.
Bagi orang beriman, hidayah dan taufik dari Allah SWT menjadi sesuatu yang harus dijaga mati-matian. Sebab ia yakin bahwa keselamatan hidup tidak akan didapatkan kecuali dengan hidayah dan taufik dari-Nya. Nikmat iman itu nilainya melampaui semua yang berharga di dunia ini. Maka, dalam mencari apapun, kita harus menaati rambu-rambu dari Allah agar tidak sampai memadamkan cahaya hidayah.
Rasulullah SAW mengajarkan kita sebuah doa, ''Ya Tuhan kami, jangan jadikan hati ini condong kepada kesesatan sesudah engkau beri petunjuk, dan karuniakan kepada kami rahmat dari sisimu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi Karunia.'' (QS Ali Imran [3]: 8).
Demikianlah, kita dianjurkan agar mohon agar selalu berada dalam cahaya hidayah-Nya. Imam Ibnu Athailah mengatakan, "Nur (cahaya-cahaya) iman, keyakinan, dan zikir adalah kendaraan yang dapat mengantarkan hati manusia ke hadirat Allah serta menerima segala rahasia daripada-Nya. Cahaya terang itu sebagai tentara yang membantu hati, sebagaimana gelap itu tentara yang membantu hawa nafsu. Maka apabila Allah akan menolong seorang hamba-Nya, dibantu dengan tentara nur Ilahi dan dihentikan bantuan kegelapan dan kepalsuan". Wallaahu a'lam.
(KH Abdullah Gymnastiar)
Kunci Meraih Pertolongan Allah
Abdullah bin Abbas pernah bercerita. "Suatu hari aku berjalan di belakang Rasulullah SAW. Saat itu beliau bersabda, ''Nak, kuajarkan kepadamu beberapa kata: Jagalah Allah, niscaya Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, niascaya Dia akan senantiasa bersamamu. Bila kau minta, maka mintalah kepada Allah. Bila kau meminta pertolongan, mintalah pertolongan kepada Allah. Ketahuilah, jika semua manusia bersatu untuk memberikan sebuah kebaikan kepadamu, niscaya mereka tidak dapat melakukannya kecuali dengan sesuatu yang telah ditulis untukmu. Jika semua manusia bersatu untuk mencelakakanmu, niscaya mereka tidak dapat mencelakakanmu kecuali dengan sesuatu yang telah ditetapkan atasmu. Pena telah diangkat dan tinta telah kering".
Hadis yang diriwayatkan Imam Tirmidzi ini diungkapkan pula dalam redaksi berbeda. "Jagalah Allah, niscaya engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenalilah Allah diwaktu lapang, niscaya Dia akan mengenalmu di waktu susah. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan seiring dengan kesabaran, jalan keluar seiring dengan cobaan dan kemudahan seiring dengan kesulitan".
Saudaraku, redaksi hadis ini singkat, padat namun cakupan maknanya teramat dalam dan luas. Dalam hadis Rasulullah Saw. memberikan kunci-kunci bagaimana mendapatkan pertolongan Allah. Satu pesan utama hadis ini adalah "penghambaan" kepada Allah. Laa haula walaa quwwata illa billahil. Tiada daya maupun upaya selain atas kekuatan Allah. Saat kita menyadari kekerdilan diri di hadapan Allah, maka pertolongan Allah akan mendatangi kita. Bukankah kita makhluk lemah, sedangkan Allah Maha Menggenggam segalanya?
Aa pernah bertanya kepada seorang guru, "Bagaimana caranya agar doa kita cepat dikabul oleh Allah?". Beliau menjawab, "Saat kau berdoa, saat kau munajat, atau saat kau sujud, kecilkanlah dirimu sekecil-kecilnya di hadapan Allah, dan besarkanlah Allah sebesar-besarnya semampu kau membesarkannya. Niscaya rahmat dan pertolongan Allah akan mengalir kepadamu."
Jadi, kunci terpenting agar kita ditolong Allah adalah dengan sungguh-sungguh menghamba kepada-Nya. Saat kita ingin dimuliakan Allah, maka akuilah kehinaan kita di hadapan Allah. Saat kita ingin dilebihkan, maka akui kekurangan kita di hadapan Allah. Saat kita ingin dikuatkan Allah, maka akui kelemahan kita di selemah-lemahnya di hadapan Allah.
Imam Ibnu Atha'ilah berkata, "Buktikan dengan sungguh-sungguh sifat-sifat kekuranganmu, niscaya Allah akan membantumu dengan sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Akuilah kehinaanmu, niscaya Allah menolongmu dengan kemuliaan-Nya. Akuilah kekuranganmu, niscaya Allah menolongmu dengan kekuasaan-Nya. Akuilah kelemahanmu, niscaya Allah akan menolongmu dengan kekuatan-Nya."
Saudaraku, sekali lagi, kekuatan terbesar yang kita miliki bukanlah kekuatan fisik, intelektual, kekuasaan ataupun harta kekayaan. Kekuatan terbesar kita adalah "pertolongan Allah". Pertolongan Allah ini sangat dipengaruhi kualitas keyakinan kita kepada-Nya. Kualitas keyakinan biasanya akan melahirkan kekuatan ruhiyah. Kekuatan ruhiyah akan melahirkan akhlakul karimah, seperti kualitas sabar, syukur, ikhlas, tawadhu, iffah, zuhud, qanaah, dsb. Karena itu, kemuliaan akhlak tergantung dari sejauh mana kita mengenal Allah. Wallaahu a'lam
(KH Abdullah Gymnastiar)
Friday, May 19, 2006
Indahnya Malam Pertama
Lama nian kita tak jumpa dan tak bertegur sapa
Saya yakin bukan karena kebencian diantara kita
Sayapun yakin bukan karena apa - apa...
Tapi rutinitas kesibukan yang tlah menjebak kita
Satu hal sebagai bahan renungan kita...
Tuk merenungkan indahnya malam pertama
Tapi bukan malam penuh kenikmatan duniawiah semata
Bukan malam pertama masuk ke peraduan Adam dan Hawa
Justeru malam pertama perkawinan kita dengan Sang Maut
Sebuah malam yang meninggalkan isak tangis sanak saudara
Hari itu... mempelai sangat dimanjakan
Mandipun...harus dimandikan
Seluruh badan kita terbuka....
Tak ada sehelai benangpun menutupinya..
Tak ada sedikitpun rasa malu...
Seluruh badan digosok dan dibersihkan
Kotoran dari lubang hidung dan anus dikeluarkan
Bahkan lubang - lubang itupun ditutupi kapas putih...
Itulah sosok kita....
Itulah jasad kita waktu itu...
Setelah dimandikan...,
Kitapun kan dipakaikan gaun cantik berwarna putih
Kain itu ... jarang orang memakainya..
Karena bermerk sangat terkenal bernama Kafan Wewangian ditaburkan ke baju kita...
Bagian kepala.., badan..., dan kaki diikatkan Tataplah....tataplah... itulah wajah kita
Keranda pelaminan... langsung disiapkan
Pengantin bersanding sendirian...
Mempelai di arak keliling kampung bertandukan tetangga Menuju istana keabadian sebagai simbol asal usul kita
Diiringi langkah gontai seluruh keluarga
Serta rasa haru para handai taulan
Gamelan syahdu bersyairkan adzan dan kalimah kudus
Akad nikahnya bacaan talkin...
Berwalikan liang lahat..
Saksi - saksinya nisan-nisan... yang tlah tiba duluan
Siraman air mawar... pengantar akhir kerinduan
dan akhirnya.....
Tiba masa pengantin...
Menunggu dan ditinggal sendirian...
Tuk mempertanggungjawabkan seluruh langkah kehidupan
Malam pertama bersama KEKASIH...
Ditemani rayap - rayap dan cacing tanah
Di kamar bertilamkan tanah...
Dan ketika 7 langkah tlah pergi....
Kitapun kan ditanyai oleh sang Malaikat...
Kita tak tahu apakah akan memperoleh Nikmat Kubur...
Ataukah kita kan memperoleh Siksa Kubur.....
Kita tak tahu... dan tak seorangpun yang tahu....
Tapi anehnya kita tak pernah galau ketakutan....
Padahal nikmat atau siksa yang 'kan kita terima
Kita sungkan sekali meneteskan air mata...
Seolah barang berharga yang sangat mahal...
Dan Dia Kekasih itu...
Menetapkanmu ke syurga...
Atau melemparkan dirimu ke neraka...
Tentunya kita berharap menjadi ahli syurga...
Tapi....tapi.... sudah pantaskah sikap kita selama ini...
Untuk disebut sebagai ahli syurga ?????????
Sahabat... mohon maaf... jika malam itu aku tak menemanimu Bukan aku tak setia...
Bukan aku berkhianat....
Tapi itulah komitmen azali tentang hidup dan kehidupan
Tapi percayalah... aku pasti 'kan mendo'akanmu...
Karena ... aku sungguh menyayangimu...
Rasa sayangku padamu lebih dari apa yang kau duga
Aku berdo'a... Semoga kau jadi ahli syurga.
Amien
Sahabat.....,
Jika ini adalah bacaan terakhirmu
Jika ini adalah renungan peringatan dari Kekasihmu
Ambillah hikmahnya.....
Tapi jika ini adalah salahku... maafkan aku....
Terlebih jika aku harus mendahuluimu....
Ikhlaskan dan maafkan seluruh khilafku
Yang pasti pernah menyakiti atau mengecewakanmu.....
Kalau tulisan ini ada manfaatnya....
Silakan di print out dan kau simpan sebagai renungan...
Siapa tahu... suatu saat kau ingat padaku
Dan... aku tlah di alam lain....
Satu pintaku padamu...
Tolong do'akan aku....
Monday, May 15, 2006
Berpakaian Tetapi Telanjang
- Pertama: berpakaian (dibungkus) oleh nikmat Allah, tetapi telanjang dari syukur kepada-Nya.
- Kedua: berpakaian, yakni terbungkus dengan pakaian, tetapi telanjang dari perbuatan baik dan perhatian terhadap kehidupan akhirat serta tidak berbuat taat.
- Ketiga: mengenakan pakaian tetapi tampak sebagian anggota badannya untuk menampakkan kecantikannya. Mereka itu berpakaian tetapi telanjang.
- Keempat: mengenakan pakaian tipis yang masih memperlihatkan warna kulitnya dan bentuk tubuhnya. Mereka ini berpakaian tetapi telanjang.
Makna keempat ini juga yang dipilih oleh Ibn Abdil Bar.4
Frase mâ'ilât[un] mumîlât[un] sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi maknanya:
- Pertama, menyimpang dari ketaatan kepada Allah dan keharusan menjaga kemaluan. Ia juga mendorong wanita lain melakukan perbuatan seperti perbuatan mereka.
- Kedua, mâ'ilât[un], yaitu wanita yang memperindah gaya jalannya dan menggoyangkan bahu mereka.
- Ketiga, mâ'ilât[un], yakni memakai tanda serupa sisir yang miring, yang merupakan sisir tanda pelacur yang dikenal untuk mereka. Mumîlât[un] yang memakaikan tanda serupa sisir itu kepada wanita lainnya. Artinya, ia bisa kita maknai sebagai wanita yang memakai dan memakaikan kepada wanita lain, pakaian, perhiasan atau asesoris yang dikenal sebagai tanda atau ciri wanita yang suka melacur.
- Keempat, mâ'ilât[un], yakni wanita yang cenderung kepada laki-laki dan memikat atau menarik perhatian laki-laki dengan perhiasan, kecantikan, atau keindahan anggota tubuh yang mereka tampakkan atau mereka perlihatkan.
Adapun frasa ru'ûsuhunna ka-asnamah al-bukht al-mâ'ilah (kepala mereka seperti punuk unta yang miring) maknanya: Pertama, membesarkan kepala dengan kerudung atau serban dan sebagainya yang disambungkan atau ditumpuk di atas rambut sehingga menjadi seperti punuk unta.
Inilah tafsir yang masyhur untuk frasa ini. Ia bisa juga dimaknai: menarik rambut ke atas atau menata rambut sedemikian rupa sehingga seperti punuk unta. Makna hadis ini saling menjelaskan dan melengkapi dengan riwayat Abu Musa al-'Asyari, bahwa Rasul saw. pernah bersabda: Perempuan siapa saja yang memakai wangi-wangian lalu berjalan melewati suatu kaum supaya mereka mencium bau wanginya maka perempuan itu seperti seorang pezina (HR an-Nasai, at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ahmad, ad-Darimi, Ibn Khuzaimah, Ibn Hibban dan al-Baihaqi).
Bahkan ketika hendak pergi ke masjid untuk beribadah atau shalat, wanita tetap dilarang memakai wewangian dan tercium oleh orang di sekitarnya. Abu Hurairah menuturkan: Suatu ketika seorang perempuan lewat di depannya dan bau wanginya tercium terbawa angin. Ia pun bertanya, "Hendak ke mana saudari? Wanita itu menjawab, "Ke masjid." Ia berkata, "Anda memakai wewangian?" "Benar," jawab wanita itu. Ia berkata: Kembalilah dan mandilah sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:
Allah tidak akan menerima shalat dari seorang wanita yang keluar ke masjid sedangkan aroma wanginya tercium terbawa hembusan angin hingga ia kembali dan mandi (yakni seperti mandi karena junub). (HR Ibn Khuzaimah dan al-Baihaqi).
Allâhumma waffiqnâ ilâ al-haqq wa al-'amal li thâ'atik. [Yahya Abdurrahman].
Catatan Kaki:
- Imam Musim, Shahih Muslim, III/1680 dan IV/2192, Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, Beirut. tt.
- Imam Ahmad bin Hanbal, Musnad al-Imâm Ahmad, II/440, hadits no. 9678, Muassasah Qurthubah, Mesir, tt; dan Ibn Hibban, Shahîh Ibn Hibbân, XVI/500-501, hadis no. 7461, Muassasah ar-Risalah, Beirut, cet. ii. 1993
- Lihat: An-Nawawi, Syarh an-Nawâwî li Shahîh Muslim, XVII/190-191, Dar Ihya' at-Turats al-'Arabi, Beirut, cet. ii. 1392.
- Lihat: Ibn 'Abdil Bar, At-Tamhîd li Ibn 'Abd al-Bar, XIII/204, Wuzarah al-'Umum al-Awqaf wa asy-Syu'un al-Islamiyah, Magrib, 1387.
Aurat
Awrat (aurat) adalah masdar dari 'âra-ya'ûru-'awran wa 'awratan; jamaknya 'awrât. Aurat memiliki beberapa arti: aib, cacat, atau cela; celah-celah suatu tempat; semua hal yang dirasa malu. Ar-Razi mengatakan, aurat adalah segala perkara yang dirasa malu jika tampak.1
Al-Quran menyatakan kata aurat ('awrah) dua kali dalam satu ayat (QS al-Ahzab [33]: 13): Inna buyûtanâ 'awrah wa mâ hiya bi 'awrah. Maknanya sesuai dengan makna bahasanya, yaitu tempat atau celah yang terbuka atau tak terlindung dan dikhawatirkan.
Kata 'awrât (jamak dari 'awrah) juga dinyatakan dua kali dalam al-Quran (QS an-Nur [24]: 31 dan 58). Pada ayat 58, kata tsalâtsu 'awrât maknanya adalah tiga waktu yang layak tampak aurat di dalamnya2 atau tiga waktu yang biasanya wanita melepaskan pakaiannya atau mengganti pakaian biasa dengan pakaian tidur atau sebaliknya, yaitu: waktu sebelum shalat fajar/subuh; waktu zuhur/waktu orang menanggalkan pakaiannya; dan setelah shalat isya. Tiga waktu ini disebut 'awrah. Pada tiga waktu tersebut, anak-anak yang belum balig dan pembantu atau hamba sahaya-apalagi selain mereka, kecuali suami atau istri-harus mengucapkan salam tiga kali dan meminta izin untuk masuk.
Aurat Laki-laki
Para ulama berbeda pendapat tentang aurat laki-laki. Menurut sebagian, aurat laki-laki hanya dubur dan kemaluan; paha tidak termasuk aurat. Menurut mayoritas, aurat laki-laki adalah antara pusar dan kedua lutut, sementara pusar dan lutut tidak termasuk aurat. Siwar bin Dawud menuturkan riwayat dari Amru bin Syuaib, dari bapaknya, dari kakeknya bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda: Jika salah seorang dari kalian menikahkan hamba sahaya atau pegawainya, janganlah ia melihat sesuatupun dari auratnya, karena sesungguhnya apa yang ada di bawah pusar sampai kedua lututnya merupakan auratnya. (HR Ahmad).
Hadis yang sama diriwayatkan dengan redaksi sedikit berbeda oleh al-Baihaqi dan ad-Daruquthni. Terdapat beberapa riwayat yang menyatakan bahwa paha adalah aurat. Namun, ulama hadis berbeda pendapat. Sebagian menilai sahih atau hasan; sebagian lain menilainya lemah.
Muhammad bin Jahsyi menuturkan: Aku pernah bersama Rasul melewati Ma'mar, sedangkan kedua pahanya terbuka, lalu Rasul bersabda: Wahai Ma'mar, tutupi kedua pahamu, sesungguhnya kedua paha itu aurat. (HR Ahmad, al-Hakim, dan al-Baihaqi).
Jarhad al-Aslami menuturkan, ia sedang di masjid, lalu Nabi saw. datang dan memandangnya, sementara pahanya terbuka, lalu Nabi bersabda: Sesungguhnya paha termasuk aurat. (HR. al-Hakim dan ia mensahihkannya). Ibn Abbas juga menuturkan hadis dengan konotasi yang sama, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad, at-Tirmidzi, dan al-Baihaqi.
Mereka yang menilai paha bukan aurat mendasarkannya pada riwayat Anas, bahwa pada Perang Khaibar: Izar terbuka dari kedua paha Nabi saw. dan sungguh aku dapat melihat putihnya kedua paha Nabi Allah. (HR Ahmad dan Bukhari).
Aisyah juga menuturkan: Rasul sedang duduk dan tersingkap pahanya. Lalu Abu Bakar meminta izin dan Beliau tetap dalam keadaan itu. Kemudian Umar meminta izin dan Beliau juga tetap dalam keadaan itu, kemudian Ustman meminta izin, lalu Rasul mengulurkan pakaiannya, ketika mereka berdiri. Aku (Aisyah) bertanya, "Wahai Rasulullah, Abu Bakar dan Umar meminta izin dan engkau izinkan, sedangkan engkau dalam keadaanmu itu. Ketika Utsman meminta izin engkau ulurkan pakaianmu." Rasul menjawab, "Wahai Aisyah, apakah aku tidak merasa malu dari seorang laki-laki yang, demi Allah, malaikat pun merasa malu kepadanya?" (HR Ahmad).
Kaidah ushul menyatakan: I'mâl dalîlayn awlâ min ihmâl ahadihimâ (Mengamalkan dua dalil lebih utama dari pada mengabaikan salah satunya). Lalu bagaimana mendudukkan kedua kelompok hadis yang terlihat bertentangan di atas?
Dalam riwayat Muslim di atas, terdapat kemungkinan antara paha atau betis, sedangkan betis secara ijmak bukan termasuk aurat laki-laki. Dengan adanya kemungkinan itu, argumentasi dengan hadis tersebut untuk menyatakan paha bukan aurat gugur.
Menurut ketentuan ushul, perkataan dan perintah lebih kuat dibandingkan dengan perbuatan (dalam menunjukkan konotasi atau tuntutan). Hadis-hadis yang menunjukkan aurat laki-laki antara pusar dan lutut-termasuk paha-merupakan perkataan dan perintah Rasul saw. Adapun hadis mengenai terbukanya paha Rasul mendeskripsikan perbuatan Beliau. Perbuatan Beliau sendiri tidak bisa menggugurkan perkataan dan perintah Beliau. Menurut asy-Syaukani, tidak terdapat dalil secara khusus tentang meneladani Beliau semisal perbuatan itu. Juga tidak terdapat riwayat bahwa Anas, Abu Bakar dan Umar meneladaninya dengan berbuat seperti Beliau. Dengan demikian, yang wajib adalah berpegang pada perkataan dan perintah Beliau.
Menurut ketentuan ushul, jika terdapat pertentangan antara perkataan dan perintah Rasul dengan perbuatan Beliau maka perbuatan Beliau itu harus dibawa sebagai kekhususan bagi Beliau, sedangkan perkataan dan perintah Beliau berlaku untuk kaum Muslim secara umum.3 Jadi, paha bukan aurat hanya khusus bagi Beliau, sedangkan bagi kaum Muslim paha adalah aurat.
Dengan demikian, semua hadis di atas bisa digunakan sebagai dalil tanpa mengabaikan satu hadis pun yang sah dijadikan dalil.
Walhasil, aurat laki-laki adalah anggota tubuh antara pusar sampai ke lutut, dimana pusar dan lutut tidak termasuk aurat.
Aurat Wanita
Rasul saw. pernah bersabda:Wanita adalah aurat. (HR Ibn Hibban dan Ibn Khuzaimah).
Allah Swt. berfirman:Katakanlah kepada para wanita Mukmin, "Hendaklah mereka menahan pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak padanya." (QS an-Nur [24]: 31).
Hadis di atas menyatakan bahwa seluruh tubuh wanita adalah aurat. Ayat di atas menyatakan seluruh tubuh wanita adalah aurat, kecuali yang biasa tampak. Maksud ayat tersebut adalah janganlah para wanita menampakkan tempat-tempat perhiasan mereka, kecuali yang biasa tampak, yaitu wajah dan kedua telapak tangan. Dengan demikian, wanita harus menutup seluruh tubuhnya, kecuali muka dan kedua telapak tangannya. Ia harus mengenakan khimar (kerudung) yang menutupi seluruh kepala, rambut, leher, dan bahu; diulurkan menutupi kerah atau belahan baju di dada (QS an-Nur [24]: 31). Ia juga harus menutup seluruh badannya sampai kedua telapak kaki.
Ummu Salamah menuturkan, Rasul saw. pernah bersabda (yang artinya): "Siapa saja yang memanjangkan pakaiannya karena sombong, Allah tidak akan memandangnya pada Hari Kiamat." Ummu Salamah bertanya, "Lalu bagaimana wanita memperlakukan ujung pakaiannya?" Nabi saw. menjawab, "Ulurkan sejengkal." Ummu Salamah berkata, "Jika demikian, kaki mereka kelihatan." Nabi saw. menjawab, "Hendaknya mereka mengulurkannya sehasta dan jangan ditambah lagi." (HR al-Bukhari).
Ummu Salamah memahami bahwa wanita harus menutup seluruh tubuhnya hingga kedua telapak kaki dan Rasul membenarkannya. Hal itu juga dinyatakan dalam hadis-hadis mengenai keharusan menutup aurat bagi wanita dalam shalat.
Riwayat yang sahih menyatakan bahwa Ibn Abbas, Ibn Umar, dan Aisyah, menafsirkan kalimat illâ mâ zhahara minhâ/kecuali yang biasa tampak darinya (QS an-Nur [24]: 31) dengan wajah dan kedua telapak tangan sampai pergelangan tangan. Di samping itu juga banyak riwayat sahih yang menunjukkan bahwa keduanya, yakni wajah dan kedua telapak tangan memang biasa tampak dari wanita pada masa Rasul, yakni saat turunnya ayat tersebut. Begitu juga ketika para wanita itu bertemu dan berbicara dengan Rasul. Rasul pun mendiamkan fakta seperti itu. Wallâhu a'lam bi ash-shawâb. [Yahya Abdurrahman]
Catatan Kaki:
- Ar-Razi, Mukhtâr ash-Shihâh, I/193, Maktabah Lubnan Nasyirun, Beirut, cet. baru. 1995
- Lihat, Ibn Manzhur, Lisân al-'Arab.
- Lihat, Asy-Syaukani, Nayl al-Awthâr, II/48-51, Dar al-Jil, Beirut. 1073; Mahmud bin Abdul Lathif 'Uwaidhah, al-Jâmi' li Ahkâm ash-Shalâh, bagian Satr al-'Awrah, Dar al-Wadhah-Muassasah ar-Risalah, Aman Yordania. Cet. III. 2003.
Tuesday, May 02, 2006
Kiamat
"Ketika bumi digoncangkan sekeras-kerasnya, dan bumi mengeluarkan semua isinya, manusia bertanya : 'Mengapa menjadi begini ?', dihari itu bumi akan menceritakan beritanya bahwa Tuhanmu telah memerintahkan seperti itu." (QS. 99:1-5)
"Wahai manusia, insyaflah pada Tuhanmu, bahwa goncangan Sa'ah itu adalah sesuatu yang amat dahsyat." (QS. 22:1)
Keberadaan XF 11 dan lintas orbitnya makin ramai diperbincangkan. Stasiun televisi NBC tak mau kalah dengan menyajikan miniseri Asteroid, memanfaatkan histeria massa.
Masih terlalu dini untuk menyimpulkan demikian, Asteroid XF 11 meskipun menghantam bumi dia tidak akan mengakibatkan hancurnya tata surya sebagaimana yang di jelaskan oleh Qur'an. Menurut hukum Fisika, kecepatan pandangan mata sama besar dengan kecepatan gerak sinar atau gelombang radio. Sinar bergerak sekitar 186.282 mil sedetik. Dalam satu tahun atau selama 365 hari ada 31.536.000 detik. Jadi sinar bergerak dalam satu tahun sejauh 5.874.589.152.000 mil, dan ini dinyatakan 1 tahun sinar, biasanya angka ini dibulatkan menjadi 6 billion mil.
Jadi Sa'ah itu berlaku cepat sekali seperti kecepatan gerak komet [atau memang justru komet itu sendirilah yang dijadikan Allah selaku penyebab terjadinya Sa'ah nantinya ?]. Mari kita bahas masalah ini :
Komet adalah benda angkasa yang DIDUGA oleh para ahli terdiri dari debu, es dan gas yang membeku. Komet menyala dan membentuk ekor gas bercahaya tatkala lewat didekat matahari. Ia memiliki lintasan yang lonjong, berbeda dengan lintasan planet yang berbentuk lingkaran. Komet terang sering tampak pada siang hari. Ekornya bisa lengkung meliputi setengah bola langit, dan para Astronom juga menduga ada sekitar 100.000 buah komet diangkasa raya.
Karenanya jika kita mencoba mengasumsikan bahwa memang komet itulah yang akan menjadi penyebab Sa'ah maka pantas ramalan para sarjana mengenai rombongan komet yang dapat dilihat dari bumi selalu gagal begitupun rombongan komet yang dinamakan Kohoutek pada bulan Desember 1973.
Dan yang menguasai itu berada atas bagian-bagiannya dan [benda] yang membawa semesta Tuhanmu diatas mereka ketika itu "Ada Delapan". (QS. 69:17)
Jika dikatakan bahwa Allah *duduk* diatas 'Arsy maka berarti Allah memiliki wujud yang sama seperti makhluk-Nya yang memerlukan tempat tinggal dan tempat bernaung, padahal Allah Maha Suci dan Maha Mulia dari semua itu ! Sungguh kontradiksi sekali dengan sifat-sifat keTuhanan yang dikenal didalam Islam sebagai Asma ul Husna .
Yang didirikan, yang dibangun seperti bangunan dijaman Nabi Sulaiman [QS. 27:38]; bangunan dijaman Nabi Yusuf [QS. 12:100] atau bangunan yang ada di Palestina dahulu kala [QS. 2:259]. Lebih jelas lagi [QS. 7:137] dimana dinyatakan 'Arsy itu berarti bangunan yang dibangun oleh Fir'aun.
'Arsy juga berarti semesta raya atau universe karena dia dibangun atau didirikan oleh Pencipta Esa. Ayat tentang itu banyak sekali, antara lain : QS.11:7, QS.7:54, QS.40:6, QS.39:75 dan QS.69:17.
Ayat 42:5 juga memberitahukan kepada kita bahwa pada masa lalu, pernah berlaku pendekatan layang sekelompok komet [yang besar] hingga merobah posisi planet-planet dalam tata surya ini. Akibatnya, terjadilah topan Nabi Nuh dan berpindahlah kutub-kutub bumi dari tempatnya semula ketempat yang baru sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.
Dan ditiupkan sangkakala lalu mati apa-apa yang ada dilangit dan apa-apa yang ada dibumi kecuali apa saja yang dikehendaki oleh Allah, kemudian akan ditiupkan padanya [sekali lagi] maka tiba-tiba mereka bangkit [dari mati dan] menunggu [pengadilan Tuhan atas mereka]. (QS. 39:68)
Demi yang meluncur dengan cepatnya dan memercikkan api yang merubah waktu subuh dan menimbulkan debu yang berpusat padanya sebagai satu kesatuan. Sungguh, manusia itu tidak tahu berterima kasih kepada Tuhannya. (QS. 100:1-6)
Hal demikian sangat penting sekali terjadi karena dengan itu tidak akan kejadian adanya suatu planet dalam tatasurya kita ditarik oleh bintang lain, tetapi hal itu pulalah yang menyebabkan permukaan setiap planet terbakar, lautan menguap habis, gunung-gunung meleleh dan setiap benda mencair jadi atom asal seperti diterangkan oleh ayat 81:1 s.d 81:6
Armansyah - Palembang
Monday, May 01, 2006
Isra' dan Miraj
Perhatikanlah bintang ketika dia menghilang, tidaklah kawanmu (Muhammad) orang yang sesat dan bodoh, tidak juga perkataannya itu berasal dari hawa nafsunya pribadi, apa yang diucapkannya adalah wahyu yang disampaikan dan yang diajarkan kepadanya oleh yang sangat kuat (Jibril) yang mempunyai akal yang cerdas. Dan dia telah menampakkan rupanya yang asli saat dia berada diufuk yang tinggi lalu dia mendekat dan menjadi rapat (terhadap diri Muhammad) tidak ubahnya berjarak antara dua busur panah atau lebih dekat lagi; kemudian dia (Jibril) meneruskan kepadanya (Muhammad) apa saja yang telah diwahyukan; hatinya tidak mendustakan apa yang sudah dilihatnya, maka apakah kamu hendak membantah apa yang sudah dia lihat? Dan sungguh dia telah melihatnya pada kesempatan yang lain, di Sidratul Muntaha yang didekatnya ada Jannah tempat tinggal; ketika Sidratul Muntaha itu diliputi sesuatu yang melapisinya maka tidaklah dirinya berpaling dari apa yang terlihat dan tidak juga dia bisa melebihinya, sungguh dia telah melihat tanda-tanda Tuhannya yang paling hebat- Qs. 53 an-Najm : 1 s/d 18
Sebab itu juga kita bisa mengerti bila ada sebagian orang yang tadinya beriman namun setelah beliau menceritakan pengalaman terbangnya yang hanya dalam setengah malam saja berbalik murtad dan mendustakan kenabiannya.
Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya mengenai kebenaran mimpinya dengan sebenarnya - Qs. 48 al-Fath : 27
Sesungguhnya bangun diwaktu malam itu adalah paling baik dan lebih tenang bacaannya - Qs. 73 al-Muzzammil : 6
Telah menceritakan kepada kami Hudbah bin Khalid dari Hummam bin Yahya dari Qatadah yang berasal dari Anas bin Malik dari Malik bin Sha'sha'ah bahwasanya Nabi Allah Saw telah menceritakan kepada mereka tentang suatu malam dimana beliau di Israa'kan : 'Ketika aku di Hathiem dan terkadang beliau bersabda - aku ada di Hijir sambil berbaring ...'
Semuanya menunjukkan bahwa posisi Nabi kala itu masih berada di Mekkah dan dalam lingkungan Ka'bah (Masjid al-Haram) sesuai surah al-Israa' ayat 1.
Untuk itu tidak berlebihan kiranya apabila saya cenderung mengkaitkan antara masjid al-aqsha dengan Sidratul Muntaha, dengan kata lain bahwa masjid al-aqsha yang dimaksud tidak berada dibumi ini.
Saya juga menghubungkan antara Sidratul Muntaha yang disebut dalam ayat ke-15 surah an-Najm terdapat Jannah sebagai tempat tinggal dengan Jannah dimana dulunya Adam berasal sebelum diperintahkan Allah turun kebumi kita ini dan di Jannah itu juga para Malaikat pernah bersujud kepada Adam.
Didekatnya ada Jannah tempat tinggal - Qs. 53 an-Najm : 15
Hai Adam, tinggallah kamu dan istrimu didalam Jannah itu - Qs. 7 al-a'raaf : 19
Dan saat Kami memerintahkan kepada Malaikat : 'Sujudlah kamu semua kepadanya !' ; Lalu mereka bersujud kecuali Iblis - Qs. 17 al-Israa' : 61
Selanjutnya TUHAN Allah membuat taman di Eden, di sebelah timur; disitulah ditempatkan-Nya manusia yang dibentuk-Nya itu. - Perjanjian Lama : Kitab Kejadian : Pasal 2 ayat 8
Hadis-hadis yang mengisahkan peristiwa ini memang sangat beragam dan tidak jarang saling bertentangan satu dengan yang lain, namun dari perbedaan-perbedaan tersebut, ada persamaan yang perlu kita perhatikan, yaitu kisah dimana Nabi disebutkan mengendarai Buraq dalam perjalanan malamnya itu.
Naik malaikat-malaikat dan ruh-ruh kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun - Qs. 70 al-Maarij : 4
Berikut petikan kisahnya :
Orang itu berbicara kepadaku: 'Hai anak manusia, lihatlah dengan teliti dan dengarlah dengan sungguh-sungguh dan perhatikanlah baik-baik segala sesuatu yang akan kuperlihatkan kepadamu; sebab untuk itulah engkau dibawa ke mari, supaya aku memperlihatkan semuanya itu kepadamu. Beritahukanlah segala sesuatu yang kaulihat kepada kaum Israel'. - Perjanjian Lama : Kitab Yehezkiel 40 : 1 - 4
Lalu aku melihat, sungguh, angin badai bertiup dari utara, dan membawa segumpal awan yang besar dengan api yang berkilat-kilat dan awan itu dikelilingi oleh sinar; di dalam, di tengah-tengah api itu kelihatan seperti suasa mengkilat. Dan di tengah-tengah itu juga ada yang menyerupai empat makhluk hidup dan beginilah kelihatannya mereka: mereka menyerupai manusia. - Perjanjian Lama : Kitab Yehezkiel 1:3-5
Armansyah
Wali Paidi (Eps.12)
Gus Dur menerima dengan lapang dada isyarah yang ditafsirkan Kiai Rohimi. Gus Dur tidak peduli jika dalam kepimpinanya kelak, akan direcoki ...
-
Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ================================================== Jemputlah Dia yang Meng...
-
Wali Paidi berpenampilan lain dari biasanya, dia tampil gaul sekali, memakai sepatu unkl347, celana jeans pensil airplane system, dan kaos m...
-
Nabi bersabda dalam sebuah hadits: "Kenalilah Allah saat kamu senang, niscaya Dia akan mengenalimu saat kamu sedang susah." (HR A...